Tuesday, August 30, 2011

Dialog Capung dan Kupu-kupu

"Hai katrina, mengapa kisahmu selalu dielukan mereka? Si pembuat bunga."
"Karena mereka tak punyai kisah sepertiku, seperti kami. Tak ada."
"Apakah karena kalian lebih banyak dari mereka maka peluang untuk mempunyai kisah itu pun lebih besar?"
"Aku setuju mereka memang tak sebanyak aku, banyak yang lahir namun cepat mati! Tak ada cerita. Tapi, aku tak tahu menahu mengenai peluang. Apakah aku lebih banyak daripada kamu?"
"Mungkin.. Aku belum mengelilingi langit ini. Terlalu luas! Tak ada hitungan yang pasti."
"Ya..luas sekali..Tapi apakah pasti luasnya?"
"Tentu saja! Kita kan tak pernah bisa mencapai tempat yang jauh."
"Atau tempat yang jauh itu tidak ada!"
Tersentak..Si capung bingung! Apakah benar kata kupu-kupu? Bertanyalah si capung, "Mana mungkin tidak ada! Tak kukira otakmu tak secantik sayapmu! Pandanganmu tak seindah matamu! Aah.. Kasiannya kau Katrina.. Apakah ini ulah teman-temanmu yang liar dan dungu itu?"
"Hai! Teman-teman yang mana yang kau sebut liar dan dungu?"
"Tiga temanmu yang sering beterbangan bersamamu setiap Jumat Pagi di blok enam barisan bunga-bunga Krisan."
"Apakah kau mengenal mereka?"
"Tidak."
"Lalu, bagaimana kau bisa menyebut mereka seperti itu?"
"Terlihat Katrina! Terlihat!"
"Terlihat bagaimana? Jelaskan."
"Rupanya, gayanya, tingkah laku mereka, terutama cara tertawa mereka, sungguh konyol!"
"Ah.. Sungguh kau perhatian dengan mereka. Mengapa tak kau dekati jika kau tertarik?"
"Hah! Jangan kau jadi seperti mereka juga Katrina! Tidak. Sama sekali ku tak tertarik."
"Lalu, sedemikiannya kau perhatian.. Kukira.."
"Kupunya mata Katrina, tak dapat kutolak melihat mereka. Kupunya telinga, tak dapat kuhindari suara tawa mereka."
"Kupunya mata, tak dapat kutolak jika ku akan tak punya. Kupunya telinga, tak dapat kuhindari jika ku tak akan punya. Apa gunanya jika kau memiliki hal tersebut untuk menolak kehadirannya?"
"Aku tak pernah menolak! Sama sekali Katrina.. apa maksudnya?"
"Baiklah jika kau tak menolak.. Aku hanya ingin mengetahui jawabanmu. Jika kau tak menolak, mari-mari, tak perlu kau hindari mata dan telingamu untuk hidup! Mari-mari datangilah ketiga temanku itu, untuk kau lihat dan kau dengar."
"Bukankah sudah Katrina.."
"Tidak, itu tak kau inginkan.. dan.. ku tak yakin kau benar melihat dan mendengar mereka.. Bukankah itu lucu?"
"Tidak yakin? Lucu? Ah.. Apakah aku salah Katrina?"
"Tidak. Tidak ada yang salah.. Berhaklah kau punya pendapat.. Tapi apakah itu benar, aku tidak tahu.."
"Kalau tidak ada yang salah, mengapa itu tidak menjadi benar?"
"Aku tak punyai cerita tentang itu..."

Monday, August 29, 2011

Kalau kau tampar aku, maka kutampar dirimu dengan senyuman.
Kalau kau hina aku, maka kuhina kau dengan tak menghiraukanmu.
Kalau kau cintai dia, tolong cintailah dia, sesalku tak mengapa.
Aku jengah dengan sejarah kalian sebagai pelakunya.
Aku lelah mendalami cerita kalian yang tak berujung.
Aku marah mengenang kisah kasih kalian yang terkasihani.
Aku gerah melihat tingkah laku kalian yang tak iklas.
Aku resah membayangkan masa lalu kalian saat itu.
Disela-sela desahan desahan itu..
Aku merugi dan kesakitan.
Di dalam kasih cinta yang spontan.

DCIM 2009

Ayah..Aku menahan tangis. Fotonya buram ayah..
Tapi aku masih bisa jelas melihat. Hangat.. rangkulan itu..
Kudengar, aku hanya mendengar, sekumpulan cerita karyamu yang sedikit diracik bersama dongeng bunda.
Ayah..
Aku masih menahan tangis.. Hatiku satu ayah..
Terkenang, aku terkenang..
Kisah tragis itu.. Sungguh bengis hati ini, hatiku yang satu ini ayah..
Ayah..
Maaf aku hampir menangis.. Aku tidak boleh terdiam, terpejam kusebentar menghindari foto itu.
2009..Dimana aku?
Mungkin aku sedang bersenang-senang, jatuh cinta dan bahagia? Bermanja-manja pula mungkin.
Dimana ayah?
Mungkin ayah sedang bersenang-senang, jatuh cinta dan bahagia? Bermanja-manja pula mungkin.
Ayah..
Cerita yang aneh ayah.. Tidak ada alasan yang pas selain cintamu itu ayah.. Mungkinkah.. Terlalu.. Hingga ayah merasakan hal yang keterlaluan.. Setidaknya itulah rasa yang kudapat dari ceritamu ayah..
Ayahku yang pintar dan penyayang, rela menghabiskan hidupnya demi karir dan cinta. Benarkah itu ayah? Hingga kau dibuat luput.. Sebuah pembahasaan langsung dari yang Maha Kuasa.. Tak cukupkah itu ayah..
Atau.. Kau tak pernah terima dengan hal itu.. hingga kau coba bertahan. Cintakah kau ayah? Terlalu..
Aku menangis kini ayah..
Tak sanggup kumelihatnya lagi..
Tolonglah ayah..
Bantulah aku.. Bantulah dirimu..

Friday, August 19, 2011

Doa sebelum tidur

Kami hanya ingin tidur saja. Menikmati kemalasan yang berlimpah ruah. Penuh syukur. Nyaman, semuanya serba berkecukupan, tak ada berlebih tak ada kurang. Penuh syukur. Disela-sela kami terbangun untuk saling menjaga. Penuh syukur. Sambil memanjatkan puji-pujian karunia Tuhan, memandang indahnya hidup. Ah... Penuh syukur.
Kami belum makan. Kami tidur. Sebentar terbangun dan bekerja. Sebentar istirahat dan tertidur. Sebentar-sebentar kami tersenyum-senyum dan tertawa. Sebentar-sebentar kami merenung menghela nafas. Penuh syukur.
Kami bangun,bangun untuk kembali tidur.
Ya Allah. Ya Allah. Syukur kami..

Monday, August 15, 2011

Tamat

Aku kira kamu bisa, ternyata aku salah. Cintaku cintamu cinta kita tak ada yang sama. Tak ada yang sehati. Tak ada yang satu pikiran. Kekuatanku, kekuatanmu, untukku, untukmu. Tak pernah kamu kuat. Terhadap cinta kita, terhadap hati kita, terhadap niat kita. Bersama, dengan sebaik-baiknya. Ucapanmu. Yang ingin kudengar semua salah. Kepintaranmu hangus terurai tak bermakna selain menjadi sampah yang tak mampu didaur ulang.
Tidak. Anakku, anakku tak kan kuperbolehkan bersamamu. Bersama ayah yang munafik, pendusta, pengkhianat. Hinalah kita, hubungan kita, janjiku, kata-kata manisku, keyakinanku, kepercayaanku. Telah kau rebus bersama dengan keegoisanmu. Berhenti. Berhenti. Selesai. Tamat.

Sunday, August 14, 2011

Negeri

Aku menunggu.. sebuah peperangan.. sejarah panjang manusia telah tercipta.. ada yang di surga, neraka, hidup kembali, selesai, atau sebagian menjadi sebuah misteri yang disengaja.
Kalau memang, kalau memang,
Imanku..
Imanku..
Oh imanku..
Negeriku..
Oh negeriku..
Indonesia..
Maha mahaku, lindungilah kegoyahan hatiku..
Maha mahaku, jagalah kekuatan batinku..
Maha mahaku, perisaikan lemahnya sanubari..
Negeriku..
Negeriku..
Tak patut.

Friday, August 12, 2011

Kayla

Aduuuuuuh...
Si kecil ini, si kecil yang sebentar lagi menjadi kakak. Pengalaman pertamanya. Kay. Kay. Kay.
Nama itu, sering sekali disebutkan di dalam kelas dengan berbagai intonasi dan ekspresi. Baik oleh teman-teman juga guru.
Kay, si kecil yang membuatku mulai merasa nyaman dengan hari pertamaku.
Aaah.. Lucunya dia!
Tiap membawa snack, selalu dia tawarkan kemana-mana. "Ini buat anak-anak." . "Ternyata anak-anak suka ya."
Lucu lucu lucu! Ya anak-anak. Tentu anak-anak :)
Heboh memang. Suka kesana kemari, tetapi dia termasuk anak yang kuat meski kadang bandel, dan bandel yang disengaja. Mungkin, dia sedang mencari perhatian ya. Katanya, hal-hal seperti itu sering terjadi pada anak-anak yang ibunya sedang hamil.
Ohya, Kay, empat tahun. Tariannya, melayang lembut ikhlas pada dirinya yang sedang menari tanpa iringan musik. Manis polos.
Teringat salah seorang temannya berkata, "Miss, when you were a child like me, what are you doing?"
hmmm.. Speechless. Yah finally i answered, just like you. (pretend)

Sunday, August 7, 2011

Nyaiku

Tak kusangka aku menemukan nyai ontosoroh.
Banggalah para anak manusia, memiliki mulut untuk memaki.
Banggalah para anak manusia, memiliki hati untuk mendengki.
Bersarang dalam benak sebuah perendahan terhadapnya, orang yang tak kukenal.
Siapa yang sebenarnya rendah?

Saturday, August 6, 2011

Bebas Pendidikan

tak ada guna sungguh bersekolah tinggi,
tak ada guna sungguh bersekolah tinggi,
tak pernah ada semangat sungguh
tak pernah ada.

tak sanggup menerima wawasan
tak sanggup membuka pengetahuan baru

tak ada guna sungguh bersekolah tinggi,
tak ada guna sungguh bersekolah tinggi,
tak pernah ada semangat sungguh
tak pernah ada

Sungguh ilmumu, waktumu, sesal.
Hidupmu tak berpendidikan.

Friday, July 29, 2011

Selamat

Semuanya sudah susah! Tapi bukan berarti aku ingin bermanjakan kesusahan!
Aku tak ingin memupuknya dan menatap kerimbunan yang mengerikan itu!
Andai kau di depanku saat ini, aku ingin menamparmu.
Tidak, tidak tidak. Kau tak sepatutnya diperlakukan begitu.
Kau terlalu penyayang dan terlalu lemah!
Kasihan.. Kasihan sungguh kau..
Biarlah kau jalan sendiri. Lakukanlah.
Kau pernah pergi kau pernah  bermimpi. Tak paham itu nyata, tapi aku tak percaya, meski itu aku.
Selamat tinggal.

Thursday, July 28, 2011

Aku tidak pernah sendiri

Bagaimana aku bisa berjalan, jika masih ada dua kaki yang beranjak.
Bagaimana aku bisa berdiri, jika masih ada tulang yang menopang.
Bagimana aku bisa mendengar, jika masih ada telinga  yang waspada.
Bagaimana aku bisa berbicara, jika masih  ada mulut yang sanggup bersenandung ria.
Bagaimana aku bisa melihat, jika masih ada mata yang memandang.
Bagaimana aku bisa mencium, jika masih ada hidung yang menghirup-hirup.
Bagaimana aku bisa meraba, jika masih ada kulit yang bergesekan.
Bagaimana aku bisa berpikir, jika masih ada otak yang kerja gotong royong.
Bagaimana aku bisa merasa, jika masih ada nurani yang sabar menghadapi.
Bagaimana aku bisa hidup, jika masih ada nyawa bersemayam di tubuh ini.
Aku tidak pernah sendiri.

Monday, July 25, 2011

Ya Begitulah

Kangen..Kangen sayang..Kangen banget..Sayang..Kangen. Kangen! Kangen. Sayangnya aku.
"Haah ditampik sudah malam ini tulisan-tulisan itu. Aku tak ingin lagi merajuk. Aku tak mampu menengok membujuk. Aku tak perlu bersusah-susah menyejuk."
"Lantas, maumu?"
"Aku.. Tak ada! Tak ada mau!"
"Tak ada?? Lalu?"
"Tak lalu!"
"Ya.. terserah sajalah. Aku pun tak ingin tahu."
"Kenapa tadi kau bertanya kalau tak ingin!"
"Kenapa tadi kau tak ingin kalau juga tak ada!"
...
...
 "Yaaaa... Betul sekali!"

Sunday, July 24, 2011

Percayakan Saja Pada Kami.

"In school we learn that mistakes are bad, and we are punished for making them. Yet, if you look at the way humans are designed to learn, we learn by making mistakes. We learn to walk by falling down. If we never fell down, we would never walk."
— Robert T. Kiyosaki (Rich Dad, Poor Dad)


Saya teringat salah satu percakapan "ngeyel" saya dengan teman mengenai sebuah kegagalan. Doanya, untuk dekat dengan kegagalan, untuk selalu gagal, supaya selalu belajar belajar belajar dan belajar. Loh? Orang kan pinginnya sukses kenapa malah minta gagal... Dalam hati saya, jangan-jangan ini pembelaan dari *kegagalan yang sedang dia alami, sebuah *kegagalan dari Tuhan, sebuah kesuksesan atas terkabulnya doa dia. Ah... Tapi tidak, dia tak ada gagal.. Sama sekali tak ada gagal, semua terencana, segala yang dia alami adalah hal yang telah siap dihadapinya.
Kenapa tidak bisa minta sukses aja? Kan nggak enak gagal.. Kalau bisa dikasih enak, mending yang enak aja.. Toh kalau memang doa dikabulkan, lebih baik yang sukses aja kan? 
Teman saja menjawab, ya gimana belajarnya kalau sukses langsung? Gagal dulu untuk sukses.
Loh? Apa nggak bisa sukses aja.
Memangnya ada? Siapa? Yang sukses? Sukses terus?
Ada...
Siapa?
Saya!

Thursday, July 21, 2011

Pelatihan Usia Telat

Akhirnya saya bertemu kembali , akhirnya saya menemukannya.
Seharian saya menangis, seharian saya ditangisi.
Gemas gemas gemas gemas, cemas cemas cemas cemas.
Belajar berpetualang dan merasa merdeka, belajar berpetualang dan merasa tertekan.
Meratap meraba-raba keheningan ruang, merana meraba-raba keheningan ruang.
Coret goret coret goret coret goret coret goret, tak lantas tak pantas tak rantas.

Monday, July 4, 2011

nenek moyang
nenekku
om tiri
omku
kakak sepupu
kakakku
aku
bukan
aku
bukan
aku
bukan
diantara

Thursday, June 23, 2011

Tidak perlu ditunggu nanti jalanan juga akan diinjak seperti kematian.

Monday, June 20, 2011

Kesuma Yudha

Namanya Kesuma Yudha,
dipertemukan kala minggu pahing
ditegaskan kala senin pahing


Namanya Kesuma Yudha,
belum lahir tapi sudah pahing
bertanya-tanya ia bertanya-tanya

Namanya Kesuma Yudha,
Kesuma Yudha
belum hidup tapi sudah pahing
belum selesai belum berpaling

Thursday, April 21, 2011

Pecah *lagi

Semua yang dia katakan sejatinya adalah sama seperti yang kurasakan.
Sedikit kaget dan cemas, bahkan ketika ternyata kami telah merasakan.
Segera aku berpikir mungkin aku lah yang akhirnya membentuk perasaan tersebut.
Sebenarnya, apakah dia merasakannya? Jangan-jangan abjeksi itu bukan terbentuk tetapi kubentuk.
Sesungguhnya aku tidak meragukannya. Mungkin eksistensi dari perpaduan kitalah yang menjadi..
Sayangnya aku tidak merasa depresi.
Sayangnya aku tidak kehilangan hasrat.
Sayangnya sedikit rasa malas saja yah yang memang dari dulu dan nemplok saja mencari pembenaran.
Sayangnya ...

Saturday, April 9, 2011

Monggo ke Monggo

Coklat Monggo ada dimana-mana, tidak hanya didistrubusikan di Yogya saja. Namun, malam lalu sudah bertekad untuk datang langsung ke pusatnya. Kotagede.
Kotagede ya... Dimana itu.
Pernah sekali saya kesana mengantar saudara dari Bandung untuk melihat-lihat kerajinan perak disana, panasnya...
Saat menuju kesana kemarin, sekitar jam 11an, cuacanya membuat badan sampai terasa perih karena teriknya matahari. Berbekal dari alamat yang tertera di website chocolatemonggo.com yaitu:
CV. Anugerah Mulia
Jalan Dalem KG III / 978
RT 043 RW 10
Kel. Purbayan Kotagede
55173 Yogyakarta
Indonesia 

Saya tekadkan untuk pergi kesana. Sebelumnya saya bertemu dulu dengan teman saya yang tinggal di daerah alun-alun kidul, mengkopi file rekaman yang harus saya edit sekaligus tanya-tanya bagaimana caranya ke Kota Gede. Dari plengkungkidul, belok kiri. Ya, saya ikuti saja arahan yang diberikan dia. Lurus lurus, akhirnya ada papan toko silver besar berwarna biru, saya belok kanan. Bertanya ke orang 2 - 3 kali hingga menuju pasar Kota Gede... Macetnya.. Pasar masih aktif saat saya melewatinya kemarin, banyak orang, andong, hewan-hewan, suara musik dangdut, ah... sumpeknya... Untung saat itu saya berpetualang dengan motor jadi lebih mudah menyelip-nyelip. Kebetulan jalan menuju ke Monggo juga tidak besar, tapi mobil bisa masuk kok, saat saya disana ada mobil www.rentokil.co.id

Sedang ada renovasi disana, mbak yang melayani saya mengenakan masker. Tidak seperti yang saya bayangkan, saya kira coklatnya berjejer seperti buku-buku di Gramedia hanya ada etalase kecil ya walau stoknya pasti banyak ya mungkin di belakang. Membeli disana memang sedikit lebih murah dan lebih bervariasi. Yah, cukup puas bisa sampai kesana.

OK, monggo ke Monggo :)

 

Friday, April 8, 2011

Bintang Jatuh

"Pa, kenapa kalau ada bintang jatuh orang-orang berdoa?" tanya seorang anak.
"Kamu pernah jatuh kan kak?" tanya papa
"Iya Pa."
"Nah, sakit nggak?"
"Kadang-kadang sakit."
"Ya, kadang sakit kan.. Itu dia sama bintang jatuh juga sakit."
"Oh, iya pa ya! Jadi orang-orang itu lagi doain bintang yang jatuh biar nggak sakit?"
"Bukan."
"Terus Pa?"
"Emang siapa sih kak orang-orang yang berdoa itu?"
"Nggak tau..."
"Loh, terus kok bisa tanya gitu sama Papa?"
"Kok Papa malah marah?"
"Nggak marah kakak.. Papa akan selalu memberi jawaban yang benar untuk kamu. Papa nggak tau siapa mereka dan kenapa mereka berdoa waktu ada bintang jatuh. Tapi kalau kakak mau tau, papa samperin."
"Gitu Pa? Papa bukan kabur kan? Jangan-jangan papa nggak tau jawabannya?"
"Papa memang nggak tau apa yang mendorong mereka untuk berdoa, bagaimana mereka memutuskan untuk berdoa, doa apa, seperti apa, dan bagaimana, papa nggak tau. Ditambah kakak nggak tau juga siapa orang yang kakak tanya? Kalau itu mama... Papa bisa tanya sekarang, meskipun belum tentu mama pun bisa kasi jawaban yang sebenar-benarnya."
"Pa..."
"Ya?"
"Kalau papa sendiri berdoa nggak?"
"Tadinya nggak, tapi kalau nanti ada bintang jatuh, papa berdoa untuk kamu ya? Mau?"
"Kenapa?"
"Karena papa juga pingin tau kaya' kakak, kenapa berdoa? OK kak? Sini kesayangan papa... 20 tahun lagi... Kalau kakak liat bintang jatuh, kakak akan berdoa, bukan karena bintang jatuh, tapi karena kenangan yang pernah tersimpan. Kakak bintang jatuhnya papa, doanya papa."

Tuesday, April 5, 2011

03:10

Tersentak saat kumelihatnya dalam pelukanku, oh dimana ini? Jam menunjukkan pukul 03:10 dini hari.
Mungkinkah ini malam pertamaku? Lantas kapan kami menikah? Betapa sangat nyata ini semua.
Aku terbangun dalam suasana yang tentram bersamanya. Beginikah rasanya bersama kekasihku?
Tidur bersama dan masih melihatnya di sampingku saat aku bangun. 
Kapan aku tidur bersamanya? Kenapa dia ada di sampingku? Oh ini sangat membingungkan..
Menyenangkan bisa memandanginya terlelap, manusia yang indah dan rupawan.
Mungkin... Aku memang belum melakukan upacara sakral itu?
Mungkin... Kami memang hanya tak sengaja bersama?
Mungkin... Ini bukan gelap yang menuju terang, hanya mendung di sore hari?
Ah.. Aku sangat tidak mengingat apa yang terjadi hingga aku bisa memeluknya seperti barusan.
Dia terlihat sangat kecil melingkar seperti ulat. Hmm.. Aku tidak berani menyentuhnya..
Kepalaku mulai berat dan tubuhku kedinginan, aku tidur kembali..
Saat kuterbangun lagi... Ternyata mimpi indahku.

Sunday, April 3, 2011

Sumarah Siap Siaga

Detakannya merambat ke tubuhku mencetak perasaan baru
Iramanya lembut menjalar saling berebut seru
Kami bercampur sambil bertempur dan membiru
Hati-hati memperhatikan gemuruh yang menderu

Aaah...
Gelap kami terlelap dalam kegemerlapan
Lelah kami mengelah dalam kegerahan

Dekapannya entah sejak kapan telah mengepakkanku ke langit
Aromanya manis dan romantis membuat awan-awan iri dan sengit
Kami berpadu sambil mengadu dan memingit
Hati-hati memperhatikan bubur yang telah sangit

Aaah...
Terang saja kami mengerang kegirangan
Penuh energi dan saling berbagi tanpa merugi

Aku Masih Tidur

Perjalananku masih panjang, sepintas kusempatkan menoleh ke belakang, ada sesuatu yang menginterupsiku. Tidak lama, langkahku yang cepat itu gontai dan memutuskan untuk putar balik. Aku tidak menoleh lagi, aku menghampirinya. Sempatkah? Apakah semua ini adalah hal yang dipaksa untuk disempatkan? Jangan-jangan aku yang memaksakannya?

Sama saat aku berlari dan melaut, mencapai apakah sebenarnya aku? Terlalu sering aku membelokkan diri untuk rehat  yang malah membuatku semakin lelah. Terlalu cepat terlalu lama terlalu keterlaluan. Aku perlu memecah-mecahkannya, semua mulai bercampur menjadi satu, ketakutanku untuk bangkit kembali. Aku selama ini hanya berjalan dalam tidur... Peluh keringat, isak tangis, goresan-goresan, tawa bahak, senyum manisku.. Hanya mimpi.. semua kenangan itu, namanya, ceritanya, rasanya... Utopia... 

Sampai akhirnya aku mengerang-ngerang aku tertawa-tawa aku terisak-isak dan membuat semua orang menoleh. Duniaku mulai bergoyang gemuruh suara orang berlari seakan ingin menubrukku. Lagi ini adalah mimpiku. Duniaku hancur semua menjadi abu-abu. Mataku... Aku terbangun! Aku terbelalak cemas terbelalak kaget. Apa-apaan ini? Tubuhku mulai kejang, kulitku seperti ditusuk-tusuk, dan aku tidak tahu lagi bagaimana berdiri, tulangku meleleh, aku tertidur lagi.. Tak ada mimpi tak ada dunia. Pingsan kata orang.

Duniaku.. Aku menciptakannya saat kuterbangun. Aku tahu itu semua dari melihat bagaimana aku mengekspresikan kepedihan, kebahagian juga kebingungan. Duniaku... Tercipta dari paduan ekspresi orang yang bercerita mengenaiku, dari gambar yang mereka coba tangkap dan tunjukkan padaku. Aku... harus memulainya.. dari negatif kesekian dan minus pemeran utamaku..

Saturday, April 2, 2011

Jika Kamu..

Ada sebuah tuntutan dan kau sendiri ikut menuntut balik, lantas aku akan bagaimana? Tertuntut?
Jika itu memang sementara, bagaimana kita mengetahuinya ya Tuhan? 
Selama ini yang kualami adalah sesuatu yang sementara,
meski kenangan itu tetap ada dan berdampak terus dalam hidupku.
Apa memang semuanya hanya sementara? Akhirnya akan pergi. 
Lalu apa yang kita lakukan dalam kesementaraan itu? 
Jika kamu adalah sementara.. biarkanlah aku sementara ini. 
Jika aku adalah sementara.. biarkanlah aku sementara juga. 
Sementara kau menjadi yang sementara atau sementara aku menjadi yang sementara. 
Sementara tak berarti satu minggu.. satu bulan.. satu tahun.. satu abad.. Tak kekal.. Sementara..

Rona Cinta

Hai Rona!
Bagaimana rasanya memandangi dirimu yang baru itu?
Cinta?
Cinta apalagi yang mau kau berikan?
Ah itulah, cinta itu buta. Iya kan?Nah ini sudah lewat beberapa hari, dan kamu hanya mengharu biru dalam misi dan ambisi untuk menyelamatkannya.
Oh ternyata kau langsung memiliki banyak profesi ya? Hebat!
Lantas apakah itu membawa bahagia untukmu?
Kamu melihat ada perubahan?
Ah tololnya kamu.
Laki-laki itu membuatmu luka-luka dan kamu hanya diam serta tetap berusaha untuk dia??
Cinta?
Waw hebat ya cinta bisa membuatmu mati rasa.
Tapi jika kau sudah mati rasa manalagi yang kau rasakan?
Cinta?

posted from Bloggeroid

Friday, April 1, 2011

Pertanda ke-3

Aku baru saja ingat, bagaimana aku membicarakan temanku yang ayu.
Kami memang berteman. Kami cukup akrab. Kami membagi beberapa cerita yang tidak semua teman lain tahu.
Tapi kami pun adalah teman yang ala kadarnya.
Oh.. temanku yang ayu.
Tidak lama aku memberimu semangat, yang entah apa itu aku hanya ingin mengucapkannya.
Kita tidak berbincang. Aku pun hanya membatinnya. Alasan apa aku memberimu semangat? Dalam rangka?
Temanku yang ayu..
Sekali lagi kudoakan yang terbaik untukmu. Tetaplah semangat.
Aku tau kau hebat. Dan ya! Aku sudah melihat itu secara langsung! Kehebatanmu!
Semangat temanku yang ayu..
Teman ala kadarnya. Temanku yang ayu. Temanku yang kuat. Temanku yang hebat.


Untuk semua yang telah ditinggalkan...
Semangatlah. Seluruh kerabat temanku yang ayu. Semangatlah.
Aku pernah bertemu.. Aku pernah berbincang. Meski ala kadarnya.
Orang yang baik. Selamat jalan..

Aku Masih Berenang

Katakanlah aku sedang melaut, berenang-renang menuju ke tepian.
Pulau yang tak nyata, sebuah harapan, fatamorgana.
Aku masih berenang.
Sedikit kunikmati sejuknya air, sedikit kunikmati goyangan-goyangan ombak yang membawaku.
Sekali aku ingin melayang, pasrah mengikuti kemana mereka ingin membawaku.
Kadang kurasa sejuk kadang menusuk tulang kadang membuatku terbakar.
Sehebat apapun aku mensugestikan kenikmatan, hal-hal itu tetap tak terelakkan.
Kutelungkupkan kepala sesekali untuk memandangi apa yang sangat ingin kutinggalkan.
Kutengadahkan kepala sesekali untuk memandangi apa yang selama ini telah tertinggal.
Aku masih berenang.
Tubuhku semakin kuat menghadapi ganasnya lautan, namun di dalamnya mulai rapuh menunggu.
Pikiranku semakin cepat menanggapi bahaya yang akan kulewati, meski tidak berada di tempat yang sama.
Aku masih berenang.

Thursday, March 31, 2011

Pertanda ke-2

Pagi hari, ah aku terbangun dan masih bisa merasakan otot-otot disekitaran wajahku yang tersenyum-senyum terbawa dalam mimpi.
Mimpi apa barusan? Sepertinya mimpi sedang melakukan tawar menawar, ya karena terbangun dengan berseri-seri, artinya, disitu aku mendapatkan apa yang aku inginkan dan setelah melewati perdebatan yang cukup sengit.
Sore hari, mimpi itu menjadi kenyataan, sedikit, hhe.
Ini kedua kalinya, bersamanya, menghasilkan mimpi yang jadi kenyataan, sedikit. hhe.
Tapi memang ini nggak seberapa, yang paling canggih adalah mimpi pertama, baru sekali cerita eh besoknya kebeneran seperti itu! Ya... Walau cara mengakhiri ceritanya sangat berbeda, waw! Hebat juga ya? hha.

Tuesday, March 29, 2011

10 tahun lebih telah berlalu..

Dalam sebuah perjalanan...
Lagi-lagi cover lagu, ah biar langsung didengar?
Ya! Nantilah cerita tentang musik, kali ini aku hanya tertarik dengan lirik-lirik yang 'memaksa'ku membanding-bandingkan dengan apa yang kualami secara 'paksa' juga.
Semakin kuat? Hmmm..
Kuat ya.. Rasanya kok ini sudah remuk-remukan ya?
Polanya semakin terlihat efeknya semakin terasa, sangat sehat 'terpaksa' kudu sehat!
Sehat yang membuat sakit? Kok bisa?
Yah sudahlah, ayo ditabrakin aja sekalian! kenapa nggak? Ini sudah retak sana sini, sakit kan, mendingan, lepasin sajalah, buat yang baru! Tapi.. Sebelum baru, ya harus benar-benar rusak, benar-benar hancur, benar-benar sudah dipaksa, benar-benar sudah terpaksa, baru menjadi baru.
Gimana mau mencapai itu kalau tidak retak? Kadang orang yang tau kalau sakit itu malah bisa hidup lama! Menyadari. Aku perlu sadar, bangun dan menghasilkan! Nggak asik juga belum bener-bener hancur udah diremehkan? Bahkan dibuang begitu saja.
Kenapa nggak mau sih sakit dulu, sudah selesai bersantainya, sudah cukup meremehkan dan menunda-nunda.
Sudah lebih dari 10 tahun! Harusnya bisa dapat nobel ya? hha. Lebih dari 10th! Tapi tidak pernah fokus dan berjuang! Kali ini, tidak lagi, tidak.
Hhhh.. Musti minum M150 BISA! berapa krat dulu apa gimana ini?
Semangat semangat semangat.
Ternyata, setelah dingat-ingat, 10tahunan yang lalu.. semua terjadi karenanya, dan dia selalu ada sampai sekarang, kenapa tidak bisa dilanjutkan? 10tahun kesetiaanku 10tahun pengabdianku, walaupun kadang lupa, kadang benci, kadang kanan kiri, tapi tidak pernah aku melepaskannya. Baiklah. Aku harus teruskan ini menjadi apa yang memang seharusnya demikian! Untukmu.

Monday, March 28, 2011

Belok kiri jalan terus

Lampunya sudah jelas mau merah lagi, counter 5.. 4.. 3.. 2.. 1..
"Ayo ayo! Terobos sajalah! Nanggung ini bang!"
"Ah apalah kau ini? Main terobos saja! Sudah perlambat perlambat bang!"
"Yelah yelah... Siapa yang nyetir kok kalian yang ribut sih? Heran."
Mobil masih jauh di lampu lalu lintas, terpaksa memang harus menghitung mundur lampu merah, detik ke 120.
Suuuuut, mobil ternyata belok kiri jalan terus. Papan sih bilangnya begitu. Laaah, terus ngapain pada ribut?
"Loh ke kiri bang?"
"Hmm..."

Sunday, March 27, 2011

Temanku ayu

Temanku, kamu semakin ayu saja.
Kutengok foto-foto kita dulu dan kuingat lagi dirimu sekarang, sedikit berbeda.
Kamu memang sudah jago dandan dari dulu, bahkan kamu selalu gemas dengan kedekilanku dan berusaha untuk mempermak itu semua!hha.
Temanku, kamu sudah ayu.
Cinta?
Seingatku, malah bojo kamu yang suka komentar kesal kalau kamu dandan.
Aduh, 27 ya 28 ya 30 ya...
Sabar ya temanku!
Temanku yang ayu dan semakin ayu, semangat ya!

It's not even love

Aku mendengarnya saat ini,
sedu..
hangat..
dentingan pianonya

Aku merasakannya,
kenangan itu yang membuatku berjaga
mungkin aku akan biasa
jika ini bukan kesukaanmu
jika ini bukan pilihanmu

Aku bergetar
Aku ingin lebih hebat
Aku ingin kau lebih menyukaiku
nantinya
nantinya

Bukan untukmu

Surat kedua

Apakah kamu baik-baik saja tante...?
Persis sehabis subuhan, aku mendengar ceritamu darinya. Dari langit yang masih gelap hingga menjadi terang, aku mendengarkan hal terbaru mengenaimu.
Lelah sebenarnya, apalagi sih ini? Aduh... Tapi aku pun ikut khawatir, kupikir diapun lebih khawatir ya!
Akhirnya dia pergi menemui, pergi menengokmu, apa yang terjadi disana?
Sungguh aku ingin membantumu, kami ingin membantumu.
Tapi apakah itu baik? Lebih baik aku dari kejauhan saja, mendoakan yang baik untukmu dan si bocah hebat kebanggaanmu.
Please... jangan aneh-aneh ya... baik-baik.

Saturday, March 26, 2011

Penggantimu di senja ini

Aku melihatnya dari kejauhan, apakah itu dia? Terlihat lebih tampan, ragu-ragu sepertinya itu bukan dia. Jalannya, kuperhatikan bagaimana dia berjalan, akhirnya dia semakin mendekat tentunya dia tidak melihat atau mencariku. Aku dapat melihatnya dengan jelas sekarang, oh tidak terlalu berbeda, hanya sedikit lebih kecil, hmm.. rasa-rasanya dulu aku melihat dia sebagai sesosok lelaki  berbadan besar dan sekarang tidak semua tubuhku dapat merasakan rengkuhannya, mungkin aku yang bertambah besar.

Aku tau dia memandangiku, sama halnya aku memandanginnya, bedanya aku tidak seperti dia yang sangat jelas memandangiku. Malu, entah rasanya aku ingin buru-buru pergi, aku bertingkah sok biasa saja meskipun senyum 'gingsul'ku itu menungging. Ya penyambutanku biasa-biasa saja, meskipun memang tidak kurencakan dan dia pun tidak berencana secepat itu melihatku. Sayangnya kita dipaksa cepat, karena aku dalam sebuah pelarian dari kegiatan di hari Sabtu dan harus segera menyusup di dalamnya lagi, sebelum urusannya panjang, sebelum aku tidak dapat menyelesaikan studiku tepat waktu, sebelum rencana jangka panjang kami semakin melamban pula! Setidaknya aku tenang sudah melihatnya makan.

Ah singkat sekali, aku harus segera pergi. Sesampainya di rumah, perasaanku bercampur aduk, dilema. Entah ingin ke angkringan atau ke burjo! Akhirnya kuputuskan untuk merasakan sejuknya angin di sore hari sambil bersepeda, aku menari bersama angin-angin, menyenangkan. Yoga mungkin menjadi pilihan yang menarik setelah itu, yah sayangnya tidak ada kelas sore, mungkin besok pagi. 

Kembali ke rumah, kembali mengingatnya. Untungnya, keringatku mampu menjadi substitusi airmata di senja kali ini.

Thursday, March 24, 2011

"Rupamu"

Dia mencoba mencoba mencoba, meraba meraba meraba, mana yang dapat menggoyahkan?
Satu cara dua cara tiga cara, satu karakter, dua karakter, tiga karakter, berbagai cara berbagai karakter.
"Sampun? Walah-walah"
Belum berakhir, belum akan diakhiri, belum mulai berakhir, belum ke arah akhir. Berjalan belum selesai.
Senapan itu tidak berisi, kosong, namun sewaktu-waktu daya letupannya itu mampu menubrukku.
"Ah! Opo meneh iki? Gendeng!"
Macam posisi, macam lakon, macam skenario, macam rupa dia hidangkan dia santap sendiri, sayangnya selalu aromanya mau tidak mau terendus hingga kemari.
Gontai rapuh mengikuti irama angin tubuhnya mulai tak bertulang layu tak berbeban terserap tanah menyerah.

Monday, March 21, 2011

Little Edward

Little Edward anak yang manis dengan kakaknya yang pendiam.
Little Edward seorang koki pintar yang memasak ala Jepang.
Little Edward lebih menyukai burger dengan isian beef daripada chicken, lebih memilih saus tomat daripada saus sambal yang pedas.
Little Edward melupakan timun dan keju padahal dia menyukainya! Tomat tapi lebih disukainya. Sayangnya, tidak ada kuning.. Hanya hijau dan merah.
Little Edward menebakku bernama Lili. Li.i lanjutnya.
Little Edward bisa membaca tapi dia malas membuka buku dan lebih suka menggambar.
Little Edward awalnya juga lupa apa itu timun dan tidak mengerti apa itu berkabung.
Little Edward bekerja di sekolah, setiap hari selalu ada disana.
Little Edward sedih harus menunggu dua hari lagi.
Little Edward lagi-lagi melupakan sesuatu, atapnya!
Little Edward pergi ke surga memberi hadiah lalu pingsan.
Little Edward, Edward berasal dari Inggris. Pangerankah? Hah?
Little Edward mendengarkanku dengan sangat baik!
Little Edward berkata "Janji adalah janji"

Friday, March 18, 2011

Surat Pertama

Hai,
ini khusus kubuat untukmu, benar-benar kuharap kamu membacaku 'lagi'..
Aku tidak tahu harus berkata apa, aku tidak ingin ada murka diantara kita, tidak ada sumpah serapah, tidak ada pertempuran, bolehkah seperti itu?
Aku merasa tidak adil ketika tidak mendengarkanmu. Aku tidak berniat untuk acuh, tetapi bukankah lebih baik kita memberi batas? Ini cerita yang cukup aneh menurutku, dimana semua menjadi serba salah, semuanya, kecuali dia yang aku yakin membuat dirimu berusaha bertahan menjalani semuanya, kuharap.
Bisakah kita hanya saling berpandangan dan berdekapan.. aku ingin merasakan degup jantungmu, aroma tubuhmu, dan kuharap rambutmu lebih lembut daripadanya, hha.
Apakah kita baik-baik saja?
Sungguh aku pun ingin mengenalmu, mengagumimu, dan menghargaimu.
Doaku yang terbaik untukmu dan dia.

Thursday, March 17, 2011

Clearing



Love - Alone Again Or..

Yeah, said it's all right
I won't forget
All the times I've waited patiently for you
And you'll do just what you choose to do
And I will be alone again tonight my dear

Yeah, I heard a funny thing
Somebody said to me
You know that I could be in love with almost everyone
I think that people are
The greatest fun
And I will be alone again tonight my dear


Well, u snatched it i catched it, u ruin it i freed it. Satisfied? I hope yes! Please... Dont pamper your anger.
Jika yang kutahu adalah benar, maka teruslah menjadi kebenaran. Jika yang kutahu adalah salah, maka jadilah pembenaran yang dibenarkan.

Satir

Kau sebut penzina bagaimana dengan hasil buah kelalaianmu.
Kau sebut pelacur bagaimana dengan harga yang ia berikan untuk keberlangsunganmu.
Kau sebut bejat bagaimana dengan tingkah lakumu selama ini.
Kau sebut pejuang gender bagaimana dengan tangan menengadah yang selalu kau berikan.
Kau sebut demi wanita bagaimana dengan wanita yang sampai saat ini tidak mengetahui apa-apa itu.
Kau sebut seperti maling bagaimana dengan kerahasiaanmu.
Kau sebut pengecut bagaimana dengan anak yang selalu kau bawa-bawa dalam masalahmu.
Kau sebut menganiaya bagaimana dengan gangguan yang kau lontarkan terus menerus.
Kau sebut karma bagaimana kalau itu kusebut karma berhenti kepadamu dan sedang kau rasakan karma itu, selamat menikmatinya.

Wednesday, March 16, 2011

B

Hari ini B mengawali berbagai perasaan.
Laki-laki itu ber B ria, bahkan tak hanya melalui sebuah teks tetapi juga secara lisan, ya ya.
Perempuan itu ber B ria, terus terus terus, bahkan ketika terbangun dari tidur B meluncur lagi, waw.
"Hari ini B yang aku terima cukup banyak ya, hmm" sedikitnya dengan nada yang merepresi diri.
Sentuhannya mulai menenangkanku, senyumnya entah yang terlihat merasa bersalah, iba, aku anggap itu bentuk kasih sayang, dan si pengedara berkata
"B kamu adalah Bright, Brilliant and Brave"

Be my bliss' guardian 


Sunday, March 13, 2011

God help the girl

05:16 PM

#np God Help The Girl - God Help The Girl

"God help the girl, she needs all the help she can get"

Penjaga Surgaku

Jagalah surgaku untuk kita isi bersama, nikmati bersama, huni bersama. Penjaga surgaku. Kamu adalah penting, kamu adalah beda, aku siap merayakan dan memperingatinya hanya untukmu dan berhenti sampai padamu!
And you are WOW!

Saturday, March 12, 2011

cimut awake!

Pussss,
Kok gendut ya untuk kucing yang tidak dirawat, waw,
Ooh! Ada lagi coklat mirip cimut!
-random-
Published with Blogger-droid v1.6.7

Friday, March 11, 2011

Interlude

Hatta : Cepatnya!
Olife : Apanya yang cepat?
Hatta : Ini semua, keluarnya, kok bisa ya secepat ini? Menurutmu?
Olife : Because we’re loving each other.
Hatta : Yeaah, and i love u more dear.
Olife : More? Waw! So, gimme more, Ok?
Hatta : Hha! For sure dear.
Intro singing dancing laughing holding! Yay!

Thursday, March 10, 2011

Surat ketiga

Yogya, 10 Maret 2011

Maaf tidak di delapan. Kutarik selimutku, demam ternyata. Bagaimana di sembilan? Aku harap kamu ada dengan tatapan yang membuatku tangguh!Setelah surat kedua, hujan, malam terlama, laki-laki bertato yang berkali-kali membuat kesalahan, dan sedikit gejala radang. TUNGGU!

Wednesday, March 9, 2011

Tanda Pertama

“Aku tidak harus menikah untuk punya anak.”
“Haaaaah...?” Aku hanya tertegun sedikit bingung sedikit kaget sedikit takut.
“Iya kan? Hha! Kenapa kamu? Mukamu itu loh.” Run melirikku dengan nakal, dasar ganjen.
Sekejap aku berpikir jangan-jangan dia bermaksud untuk memiliki anak dariku tanpa ikatan pernikahan, waw! Tidak bisa disangkal aku adalah bibit unggul, tapi ah tidak jika nantinya aku harus ikut membiayai segala tetek bengek itu.
Baik, pernyataan dia sepertinya sebuah jebakan. Sungguh retorik... Senyum sajalah! Sialan, wanita ini membuatku ingin membuat anak dengannya! Hampirilah aku ekstase!Nanti.. Nanti..
“Hai! Apa maksud cengiranmu barusan?” badannya mendekat kepadaku, aroma dan lekuk tubuhnya semakin jelas! Ah untung ini kampus. Thanks God! Aku belum siap menjadi ayah!

Tuesday, March 8, 2011

Payung si Hujan



Hujan itu bukan janji bukan wakilmu juga
Aromanya tidak sama dan tidak dibuat-buat
Bebas dan tidak merasa bersalah menjadinya
Harusnya seperti itu

Tidak, jangan bilang kalau hujan hanya lewat
Sibuk tapi tidak sombong seperti kamu
Mereka mendengar dengan baik dan tangkas
Tidak seperti kamu

Lahar dingin, banjir, sinyal putus dan mati lampu
Itu bukan hujan
Hujan tersenyum lega menuntaskan kewajibannya
Dibalik payung megah dalam derasnya hari itu






Sunday, March 6, 2011

No Excused

Ah.. akhirnya dia masuk ke koper yang ada di mesin perekam memori itu.
Akhirnya? Ah...?
Apa yang ingin kamu utarakan? Akhir untuk sebuah kelegaan atau akhir yang ah... yang terlihat nampak cemas? Kesal? Kecewa? Sedih? Pusing?
Yaaaaaaah....
Apa ya?
Hmm...
Dimana kuncinya? Apa sandinya? Bolehkan kuncinya masuk ke dalam koper? Lantas bagaimana menutupnya?
Baiklah, gunakan saja sandi, tapi sandi itu kan diingat oleh si perekam? Ya! lama-lama si perekam juga aus dan lupa! Tapi bisa saja diam-diam usil ingin membukanya? Ah! Bagaimana?
Hmm...
Sudahlah, COBA DULU!

Saturday, March 5, 2011

"hanya"

jalanan ternyata tak ada yang aman, mendekam di dalam tanah, diam dan diam.
30 menit yang tersisa kusempatkan untuk bersama mereka yang kusebut teman.
dan keesokannya mereka meneriaki 30 menit yang seakan 30 hari.
bagaimana dengan zoon politicon?
apakah hanya berlaku untuk keluarga?
"hanya"
24 12 aku berada disana 12 lainnya terpecah menjadi beberapa bagian
"hanya"
aah tak ada yang aman

Sunday, February 27, 2011

Empat tanda


Jalanan ini nampaknya tak begitu ramah padaku, suasananya sedikit membuat aku enggan menunaikan kewajibanku di siang itu. Benarkah ini jalannya? Memang, papan sebelum memasuki gang ini sudah memberikan kepastian mengenai 'posisi' tempat itu. Jalan saja yakin saja coba saja cari saja. 

Loh? Ini sudah mentok, kemana ya? Papan itu menipuku? Tidak mungkin. Sedikit aku bergeser ke kanan, memandangi rumah di sudut belokan itu, ada dua orang dewasa sedang berbincang di pelataran rumah, aku hampiri. Tiga, tiga penunjuk untuk menuju kesana.

Sampai, aku sampai, tapi dimananya? Mencari papan lainnya, aku membutuhkan tanda lainnya, bentuknya rupanya penampilannya tak begitu membuatku ingin melangkah maju, meski sebenarnya tak ada hal yang berbeda. Aku harus memastikan dulu, apa benar yang ini? Pria yang sedang rebahan itu memang seperti tamu Tuhan yang biasa aku lihat.


Friday, February 25, 2011

Gave up w/ Fixie


Finally, dua sepeda ini jadi juga. Dua sepeda dari dua laki-laki di keluargaku, si Bapak dan si Bungsu. Oh begini ni ya yang namanya Fixie, kucoba kendarai salah satu sepeda ini, aku lebih suka yang dominan hitam itu, niatnya mau ke angkringan dengan sepeda ini, ternyata mau naik untuk duduk di sadelnya saja aku kesusahan! Kakiku kurang panjang atau memang aku yang tidak biasa menaikinya, yaaaah, tetap mencoba, sampai akhirnya menyerah juga! hha. Malas juga kalau harus mengayuhnya terus menerus, jadi aku beralih ke sepeda yang biasa kupakai dan berangkat menuju angkringan yang ternyata belum buka :(

Thursday, February 24, 2011

Berhenti

"Kamu harus tahu kapan kamu harus berhenti."
(my sexy lecturer and the autis artist)
- Ya, kamu tahu kamu harus berhenti. 
- Kamu bisa berhenti nggak?
- Mau nggak mau ya berhenti.
- Ya! Bagus kamu memang harus tau kapan kamu harus berhenti.
- Apa salahnya dengan berhenti?
- Tolong kamu berhenti sebelum akhirnya sulit atau bahkan tidak bisa dihentikan.
- Bisa kamu berhenti?
- Berhenti seperti itu.
- Kita harus berhenti.
- Aku ingin berhenti.
- Jadi kita berhenti sampai disini?
- Ini bukan berhenti.
- Berhentilah berhenti
- Berhenti dkk







Wednesday, February 23, 2011

Lagi

Ah! Kubangan yang selalu mencari perhatian itu lagi-lagi mencuri langkahku. Tunggu sampai kau bisa melihat dirimu ya kubangan, kasihan kau kuinjak. Aku yakin kau hidup dan aku sangat ingin menginjakmu sampai mati.

GOTCHA!

"Apakah kamu sengaja menunjukkan kebodohanmu untuk memamerkan betapa kamu telah membodohi langit?"
Langit pun selalu setia menunggu bintang datang, langit akan melindunginya dan jangan menutupi apapun kepadanya, karena langit tak akan melepaskan bintang hanya untukmu. Langit itu dapat melihatnya. Langit itu selalu terjaga, dan tidak sulit baginya untuk mengubah keputusannya untuk menjadi hitam saja demi bintang. 

PRAAAANG!

Monday, February 21, 2011

You're not alone, just lonely. And that's me!



Saat itu saya sedang menunggu sendirian, ya sampai akhirnya melihat seorang pemuda yang sedang berteduh sendirian di bawah pohon. Saya memandanginya penasaran, dan pandangan itu persis seperti melihat tanaman kecil yang berdiri tegak sendirian itu. Saya rasa, baik pemuda maupun si tanaman kecil itu kesepian.. Kasian..
Persis malam harinya.. ketika akhirnya saya pun menjadi sendiri kembali. Ternyata, tidak perlu saya ikut mengkasihani diri saya. Mungkin itu pilihan kita? Tapi, saya tidak memilihnya? Tapi.. Saya tidak bisa memaksa? Mungkin itu yang harus saya lewati. Meskipun si tanaman kecil juga si pemuda itu sedang sendirian dan nampak sepi, setidaknya masih ada saya yang memperhatikan mereka bukan?

Berhentilah jika itu yang kamu mau. Itu pilihanmu. Tapi bukan pilihanku dan bukan keingananku. Maka berhentilah berkata apapun, karena aku sudah cukup untuk mengerti bahwa semua harus berhenti bukan. Tidak perlu kamu menegaskan kembali tentang keberhentianmu. Selamat melanjutkan perjalanmu kasih.

None

Tuhan Tuhan.. Cover me..

Friday, February 18, 2011

Kresna, Kemarilah Sayang.

Parasnya selalu menampilkan kehidupannya yang penuh duka, ya memang begitulah, dia menikmati kesedihannya itu dengan terus merasakan dan mengindahkannya. Pilu hatinya telah menjadi satu candu yang tak bisa dia elakkan begitu saja. Ada tidak adanya sebuah tamparan yang melayang, tak membuatnya lupa bagaimana rasanya menjadi orang yang sedih dan menderita. Laki-laki itu bahkan takut membuang perasaannya.
Kresna, ia memiliki dua rumah yang dapat menjadi tempat ia bernaung. Hal itulah yang merupakan sebuah petaka baginya, dua rumah itu, hasil dari pecahnya dua manusia. Kebingungannya untuk memilih membuatnya terlepas dari dua opsi yang ada, ia lari, pergi menjauh.
“Tuhanku, apa yang ingin Kau sampaikan? Apakah Kau berpikir aku kuat melewati ini semua..?” Kresna, ia selalu bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa hal ini semua terjadi padanya.
Dia sungguh berharap namanya yang sama dengan lakon dalam wayang itu memiliki cerita yang sama pula, seorang raja, disenangi rakyatnya, hidup makmur dan bahagia bersama keluarganya. Dua tahun sudah ia mengelana di Yogyakarta, sambil mempelajari Ekonomi dan bertahan hidup. Dalam keadaan yang terpuruk itu, dia berharap dapat menyelesaikan studinya dengan baik, berbekal beasiswa yang diberikan kampusnya ia terus berjalan.
Tak ada waktu untuknya bersenang-senang, meskipun sesekali ia berkumpul bersama kawan-kawannya dan menghempaskan segala permasalahan hidup kepada alkohol seperti yang dilakukannya saat ini. Ketika ia terbangun dari pestanya itu, ia bergegas melarikan diri dari sarang-sarang yang menurutnya tak lebih menyedihkan dari dirinya. Pulang dalam keadaan lelah, dan tak ada ketenangan yang dapat dia rasakan, semu.
“Kresna, kapan mau bayar uang kosmu? Tadi si Ibu dateng, wajahnya nggak enak gitu lah.” celoteh taman sebelah kamarnya sambil memberikan sebungkus aspirin.
“Astaga Tok.. Aku lupa udah nunggak tiga bulan. Ya nanti aku ketemu Ibu, cicil dulu. Makasih ya Tok.”
“Santai lah bos. Makannya, nggak usah lah minum-minum kamu ni, mending duitnya kamu buat bayar kos.”
“Duh Tok. Aku minum juga gak ngeluarin duit, yang bener aja.”
“Loh, perasaan kerjaanmu banyak Kres, terus duitnya kamu kemanain?” selidik Antok kepada temannya itu ingin tahu.
Kresna sepintas terdiam mendengar pertanyaaan temannya itu, terbayangkan kemana larinya uang itu, tentu untuk menghidupi dirinya, “Buat bayar macem-macem Tok.”
“Ya apaan?” dengan santainya Antok menimpali kawannya itu.
“Bayar kos, bensin, makan, buku, fotokopi. Ya gitu.” Jawab Kresna datar.
Antok merasakan ada suasana yang kelabu di tengah pembicaraan mereka dan hal itu malah membuatnya terdorong untuk terus bertanya, “Kamu kan kerja, terus uang sangu dari keluargamu?”
“Nggak ada.”
Ternyata memang seperti yang dipikirkan oleh Antok, sedikit menyesal dia bertanya macam-macam kepada Kresna. Mereka memang sudah lama menjadi teman kos, dua tahun, tapi tak banyak yang ia ketahui tentang Kresna, selain memang Kresna anak yang sangat sibuk, jarang sekali berada di kos, dan selalu pulang dalam keadaan kelelahan. Segera Antok berkata, “Oh... Semangat Kres!” sambil menepuk pundak temannya itu, Antok keluar menuju kamarnya sebelum keingintahuannya membuat panas Kresna.
***
“Tuhan, apakah kau menciptakan aku untuk hidup menderita dan mati begitu saja? Mengapa? Apakah Kau membenciku Tuhan? Tidak. Kau menyayangi kami bukan? Tapi... Kau yang menciptakan kami.. Kau bebas memperlakukan kami sesuka hati... Tapi... Kenapa Kau memberi kami akal ya Tuhan? Apakah Kau ingin aku mencari jawabannya... Atau agar aku dapat merasakan kesedihan yang membara ini? Maafkan aku Tuhan... Aku tidak tahan.” Malam itu, kembali ia mendoakan hal yang sama kepada Tuhannya.
Beberapa menit ia berbaring di kasurnya dan tak lama kemudian ia duduk di depan kamar menikmati hawa malam sambil menghisap rokoknya. Ia teringat akan Ibunya. Kenangan akan Ibunya masih melekat dengan jelas, sentuhan, suara, gerakan, aroma, Ia masih ingat. Sayang, Ibunya tak mampu mengingatnya, setelah kecelakaan dua tahun yang lalu, Ibunya benar-benar melupakan semuanya, termasuk dirinya sendiri.
Mengingat Ibunya membuat ia menjadi mengingat ayahnya, yang telah memiliki istri baru dan membawa adik kecil kesayangan Kresna ikut serta. Dia membenci ayahnya, seorang yang dulunya adalah pujaannya, telah membuat Kresna kecewa dan terpukul. Empat tahun yang lalu mereka bercerai, dan hanya selisih satu bulan dari kecelakaan Ibunya itu, ayahnya menikah lagi. Ia tak menyangka, kenapa ayahnya tega. Mereka memang sudah cukup lama berpisah, tetapi Ibu, Ibu membutuhkannya, orang yang sudah 20 tahun bersamanya, untuk mengingat semuanya.
Kresna pikir, amnesia yang diderita Ibunya mampu membuat ayahnya membuka lembaran baru dengan Ibunya, dan itu yang diharapkannya. Sayang, hal yang terjadi berbeda, ayahnya malah menikah. Kresna mengambil kesimpulan bahwa kecelakaan ini adalah keinginan ayahnya, meski bukan Ayahnya yang menjadi pelaku, ia yakin Ayahnya mengharapkan hal ini, supaya ia merasa tidak bersalah jika menikah lagi. Menikah dengan perempuan yang merupakan sumber keretakan rumah tangga orangtuanya itu.
Hal ini membuatnya semakin kasihan terhadap Ibunya. Untunglah kecelakaan itu terjadi, setidaknya Ibunya tak akan merasakan sakit seperti yang dirasakan Kresna sekarang. Meskipun ia pun merasa kecewa dengan ibunya, yang sibuk meratapi dirinya sendiri dan tak peduli terhadap anaknya. Sungguh, ia ingin seperti ibunya, yang menjadi lupa akan semuanya, tak perlu merasa bersalah telah membiarkan anaknya berkeliaran dan merana seperti ini.
“Tuhan.. Mungkin, hidupku yang penuh kebencianlah yang membuat semua terlihat buruk.. Aku mengerti... Aku merindukan kasih sayang mereka. Aku hanya memberontak, dengan kanal-kanal yang bergoyang tak tentu arah, selamatkan aku Tuhan.” Kembali setelah ia melantunkan permohonannya itu, Kresna memejamkan matanya.

***
Kresna bangun dengan gairah yang baru, sebuah aura yang lebih sejuk dan damai melingkupi dirinya, segera ia menyegarkan tubuhnya dan berangkat menuju Semarang. Dalam hati ia berkata: “Tunggulah aku Ibu. Kau tidak mengenalku, tapi kau telah melahirkan dan merawatku, jika ayah tak bisa memulai semuanya lagi dari awal, aku yang akan memulainya.”
Dia pandangi Ibunya, hampir satu tahun ia tak menemui ibunya, berbicara pun tidak, kini Ibunya nampak lebih tua dan pucat. Kresna lupa, meskipun Ibunya tak mampu mengingat apapun, Ibunya tetap tak kebal dengan penyakit, tetap manusia yang bisa dilanda masalah dan membutuhkan kasih sayang. “Ibu...” sambil memeluk ibunya erat-erat Kresna merintih lirih.
“Kresna...? Ada apa? Kenapa?”
“Tidak, tidak apa-apa. Bagaimana kabar Ibu?” Kresna menunduk dan menghapus setitik air mata yang telah lama dibendungnya itu.
“Baik. Kenapa kok tidak pernah menemui Ibu? Ibu... minta maaf ya sayang? Ibu tidak tahu harus melakukan apa? Ibu pikir kamu memang tidak mau menemui Ibu.”
“Ibu jangan minta maaf, Kresna yang seharusnya minta maaf. Kresna tau, Ibu pasti bingung, Ibu kecelakaan, lupa semuanya, dan Kresna memang tidak pernah menjelaskan apa-apa kepada Ibu. Terakhir kita bertemu, Ibu pun tak sadar Kresna siapa. Dan apa yang sudah kulakukan terhadap Ibu? Kresna pergi begitu saja... tidak sanggup menerima semuanya. Maaf.” seperti anak kecil Kresna memohon pertolongan Ibunya, memohon kasih sayang itu, kehangatan yang selalu dirindukannya.
“Iya sayang. Maaf ya, Ibu lupa? Sekarang mau menceritakan semuanya dari awal? Pelan-pelan ya? Ibu akan menemanimu.” Lembut tangan itu mengusap pipi Kresna yang menghangat.
Manusia, mereka sering berlari dari sebuah masalah, menderita dan menikmatinya. Itulah salah satu yang dilakukan Kresna sebelumnya, terpuruk merasakan kepedihan yang seharusnya dapat ia racik menjadi kebahagian. Kini, ia paham, ia yang terus merawat, memupuk dan menyirami serta menuai lara di hati dan pikirannya. Saatnya ia bangkit. Saatnya ia menebarkan benih bahagia dan kesempatan kepada dirinya untuk menikmati kebahagiaan bersama Ibunya.
***

Thursday, February 17, 2011

Warna warni kubangan




aku melihat warna-warninya
dari bawah situ kulihat dia memberikan keindahan dalam kubangan yang entah sudah berapa banyak orang yang menginjaknya
terus-terusan dia menyodorkan warna-warni kepadaku
meski begitu
tetap
dia adalah sebuah kubangan
tetap
dia tidak bisa menutupinya
meski dengan warna-warni yang dia tawarkan
dan kekaguman itu terhempas terseret tersurat ragu
tak tahu malu

Wednesday, February 16, 2011

Senja


Senja itu,,
Sebenarnya aku tidak begitu tertarik pada senja, namun, baru saja aku membaca buku pemberian seorang teman, yaitu Jazz, Parfum & Insiden karya Seno Gumira Ajidarma yang menceritakan ketertarikan tokohnya terhadap senja.
Ya, senja kali ini aku sedang berada di luar rumah, berjalan kaki bersama adik laki-lakiku, menuju ke angkringan dekat rumah.
Adikku berkata mengenai warna yang menghiasi langit senja itu, akhirnya aku menoleh ke belakang, oh ini si senja. Kutatap langit itu, hmm, ternyata aku hanya penasaran saja, tak ada takjub tak ada getar tak ada keinginan mengenal lebih jauh. Maaf senja, ternyata aku dan kamu tidak 'klik' :)

Saturday, February 12, 2011

Tulus

Apa itu tulus? Tulus yang menangis jika tidak dicintai? Tulus yang marah ketika tidak diperhatikan? Tulus yang ketika melakukan sesuatu untuknya berharap dia mengerti. Mengerti apa yang kita ucapkan, mengerti apa yang kita tunjukkan, mengerti apa yang kita berikan, mengerti apa yang kita lakukan, mengerti apa yang kita rasakan. Apakah sekedar ingin dimengerti? Atau hanya sekedar yang penting dia tahu? Bukankah semua itu penuh maksud? Lalu tulus yang bagaimana?

“Tu·lus a sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dr hati yg suci); jujur; tidak pura-pura; tidak serong; tulus hati; tulus ikhlas: ke·tu·lus·an v kesungguhan dan kebersihan (hati); kejujuran: “ (KBBI)

“Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang, tapi ketika cinta itu tulus, meskipun kalah, kamu tetap menang. Hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri, Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang. Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita, melainkan karena kita menyadari bahwa dia akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya”

(Kahlil Gibran)

Apakah orang yang mencinta dapat melakukan hal yang tulus terhadap cintanya? Atau seorang yang tulus dapat mencintai seseorang? Bagaimana kita mengetahui seseorang tulus kepada kita, sedangkan kita sendiri tidak benar-benar mengetahui apakah kita tulus terhadapnya.

Pernahkah kalian merasakan cinta yang tulus dari seseorang? Pernahkan kalian mencintai seseorang dengan tulus? Aku berharap kalian semua dapat merasakan kedua-duanya. Bahkan, ketika kita mencintai seseorang dengan tulus, kita telah mendapatkan ketulusan yang dia berikan tanpa kita sadari. Kadang kita tidak menyadari, orang yang pernah kita benci, namun pernah kita sayangi itu, telah memberikan kasihnya kepada kita. Meskipun ketulusannya hanya sebuah kepalsuan, terimalah itu, terimalah dengan tulus. Hanya saja, sadari, kapan kalian harus berhenti, seperti apa kata Gibran. Berhentilah berpura-pura tidak mengerti, lepaskan saja, sebelum akhirnya kau membuatnya menjadi seseorang yang benar-benar tidak mengerti.