Monday, August 29, 2011

DCIM 2009

Ayah..Aku menahan tangis. Fotonya buram ayah..
Tapi aku masih bisa jelas melihat. Hangat.. rangkulan itu..
Kudengar, aku hanya mendengar, sekumpulan cerita karyamu yang sedikit diracik bersama dongeng bunda.
Ayah..
Aku masih menahan tangis.. Hatiku satu ayah..
Terkenang, aku terkenang..
Kisah tragis itu.. Sungguh bengis hati ini, hatiku yang satu ini ayah..
Ayah..
Maaf aku hampir menangis.. Aku tidak boleh terdiam, terpejam kusebentar menghindari foto itu.
2009..Dimana aku?
Mungkin aku sedang bersenang-senang, jatuh cinta dan bahagia? Bermanja-manja pula mungkin.
Dimana ayah?
Mungkin ayah sedang bersenang-senang, jatuh cinta dan bahagia? Bermanja-manja pula mungkin.
Ayah..
Cerita yang aneh ayah.. Tidak ada alasan yang pas selain cintamu itu ayah.. Mungkinkah.. Terlalu.. Hingga ayah merasakan hal yang keterlaluan.. Setidaknya itulah rasa yang kudapat dari ceritamu ayah..
Ayahku yang pintar dan penyayang, rela menghabiskan hidupnya demi karir dan cinta. Benarkah itu ayah? Hingga kau dibuat luput.. Sebuah pembahasaan langsung dari yang Maha Kuasa.. Tak cukupkah itu ayah..
Atau.. Kau tak pernah terima dengan hal itu.. hingga kau coba bertahan. Cintakah kau ayah? Terlalu..
Aku menangis kini ayah..
Tak sanggup kumelihatnya lagi..
Tolonglah ayah..
Bantulah aku.. Bantulah dirimu..

No comments:

Post a Comment