Saturday, October 30, 2010

Medea Media




29 Oktober 2010 rencana pergi menonton sirkus di alun-alun akhirnya diganti dengan menonton Medea Media di JNM. Memang, sebelumnya bingung memilih antara sirkus - Medea Media (Naomi Srikandi) atau Tusuk Konde (Garin Nugroho). Yah sirkus Rusia masih bisa ditonton hingga 1 November. Jadi tidak masalah di cancel dulu (tapi saya tetap harus menonton sirkus itu, mungkin hari Minggu besok). Sedangkan Tusuk Kond
e harganya lebih mahal dan malas melewati malioboro. Bukan berarti memilih Medea Media hanya karena harganya lebih murah, tetapi bahasan mengenai media lah yang mendorong saya akhirnya memilih pergi kesana tadi malam. Sampai disana untung dapat tiket, dan penuh. Ohya, rencana tiket akan disumbangkan seluruhnya untuk membantu korban bencana Merapi.


Medea media menggambarkan media kita saat ini serta beberapa tokoh di dalamnya, beberapa kekocakan mewakilinya. Mulai tren TV show, media online seperti twitter, dan beberapa kasus yang sempat hangat di media. Isu mengenai gender, hak wanita, serta poligami pun ikut diceritakan di dalamnya. Jika kita merupakan individu yang tidak begitu
menyimak media saat ini, isu-isu yang berkembang, mungkin menonton Medea Media hanya akan membuat Anda bingung dan bosan. Bagaikan ketika kita menonton Madame X tetapi kita tidak mengetahui humor-humor khas para lekong ya akhirnya tawa yang kita rasakan akan berbeda dengan kaum gay yang menontonnya.

Medea media menceritakan kisah Medea yang menyerahkan apa saja demi suaminya, Jason, yang akhirnya Jason malah menikahi seorang putri dengan alasan "Untuk kebaikan anak dan istrinya". Namun kenyataannya Media malah terasingkan dan ingin diusir oleh Raja, ayah dari putri yang dinikahi Jason. Hingga terjadilah sebuah massive effect, Medea yang akhirnya membunuh anak-anaknya serta pacar suaminya. Hanya saja, dalam teater ini memperlihatkan bahwa Medea telah mengalami kekerasan dan Jason merasa hal tersebut (poligami) adalah "demi kebaikan bersama". Medea Media sendiri merupakan adaptasi dari Medea karya Euripides yang ditulis 2000 tahun lalu.

Keesokan paginya, sungkan karena HP saya mati dan saya belum ijin, serta pulang telat, seharusnya jam 9 kurang tetapi jadi jam 10.15, akhirnya saya menceritakan pembatalan rencana menonton sirkus diganti dengan medea media kepada bapak saya (padahal si bapak juga tidak tanya). Ternyata saya yang menonton langsung Medea Media malah kalah dengan bapak saya. Beliau tahu para pemainnya, tentang Naomi Srikandi, kameramennya, naskahnya. Wah @,@ malunya saya karena ketika ditaya pemain-pemainnya saya tidak tahu nama aslinya.



Rencana selanjutnya adalah menonton Monolog Kucing Butet Kartaredjasa karya Putu Wijaya. Tanggal 3 & 4 November 2010 pukul 20:00 @ Concert Hall Taman Budaya. See u There :)

Friday, October 22, 2010

Eat, Pray, Love


Film yang diadaptasi dari buku Eat, Pray, Love sebuah kisah nyata memoar Elizabeth Gilbert (Julia Robert) dalam perjalanan mengisi kekosongan yang terjadi dalam hidupnya dan merupakan sebuah masalah besar baginya, Liz mengeluh tak ada lagi hasrat dan gairah akan hidupnya.

Berawal dari pernikahannya dengan Stephen. Dalam sebuah perjalanan pulang, Liz bercerita dengan semangat mengenai hal-hal yang ia inginkan, dan ketika Stephen (Billy Crudub) menceritakan tentang keinginannya sekolah lagi ada sebuah kejanggalan dalam hati Liz.

Dalam sebuah malam, Liz memandangi suaminya, lalu ia mulai merasakan kegusaran, apakah ini yang selalu diidamkannya selama ini, pernikahan yang sudah terjalin selama 10 tahun. Menelusuri lebih dalam hatinya, adakah sebuah kebahagiaan di dalamnya. Lalu Liz mencoba untuk berdoa kepada Tuhan dan akhirnya sepasang suami istri tersebut memang mempunyai hal yang selama ini menjadi masalah, ketika mereka ingin berkata tidak dan itu hanya terpendam. Seketika Liz mengetahui hal tersebut dan ia memutuskan bercerai dengan suaminya.

Perceraian tidak berjalan semulus itu, Stephen tidak menginginkan sebuah perceraian. Dalam perdebatannya Stephen menunjukkan betapa ia mencintai Liz dan tidak ingin bercerai, bagaimana Stephen berusaha menjadi apa yang diidamkan Liz. Namun kenyataannya, Liz lah yang tidak mengerti apa yang diinginkan suaminya, bahkan untuk dirinya sendiri Liz tidak mengerti. Sakit hati, tentu sakit hati yang mendalam bagi Stephen, namun akhirnya Stephen menyetujui perceraian tersebut, dan entah mengapa Liz tidak merasakan keputusan yang telah di'iyakan' oleh Stephen membawa kebahagiaan atau kesedihan.

Dalam proses perceraiannya, Liz bertemu dengan seorang pria bernama David (James Franco), seorang aktor muda yang sempat membawakan cerita Liz. Kisah cinta mereka cukup cepat, David yang berumur 23th itu mempunyai semangat, dan idealis yang cukup tinggi. Lagi-lagi Liz merasakan ada sebuah kejanggalan dalam hubungannya, kehampaan mulai terjadi. Hubungan yang berawal dengan sebuah kemesraan lambat laun mengalami sebuah masa penurunan. Liz memutuskan untuk pergi. Layaknya Stephen, David pun mencoba untuk tidak lepas. Mereka mempunyai masalah, mereka takut, dan mereka memilih untuk tetap bertahan untuk menderita bersama. Itulah pilihannya, dan Liz tidak bisa.

Setelah semua itu terjadi Liz menyadari dirinyalah yang bermasalah. Dan mulailah dia melakukan perjalanan menuju Roma - India - Bali.

Di Roma ia ingin mengembalikan lagi selera makannya, ia ingin bersenang-senang. Disitu Liz bertemu dengan Sofi (Tuva Novotny) seorang perantau dari Swis. Dari Sofilah ia mempelajari bahasa Italia melalui Giovanni (Luca Argentero), pacar Sofi. Mereka berkuliner bersama, menikmati setiap makanan khas di Roma. Pizza, spaghetti. "Happy for doing nothing" adalah sebuah nuansa yang diberikan oleh teman-teman Liz. Hidup bahagia bersama orang tercinta. Roma telah membangkitkan gairah makannya, tetapi tidak untuk hatinya. Masih saja Liz merasakan sebuah kekosongan.

India. Liz berencana untuk bertemu dengan guru David. Ia berusaha bermeditasi, namun ternyata hal itu tidak mudah, ia tidak dapat mengosongkan pikirannya. Hatinya masih bermasalah. Disitulah ia bertemu Richard (Richard Jenkins) pria separuh baya dari Texas yang mencoba memaafkan kehidupan masa lampaunya. Liz berusaha mencari sebuah kedamaian, melakukan meditasi, beribadah, dan melihat sebuah pernikahan dini seorang remaja India yang dijodohkan. Pengalamannya membuat Liz akhirnya mencapai sebuah ketenangan. Mengetahui Richard pernah mengalami hal yang sama buruknya dengan Liz, bahkan mungkin lebih buruk, semakin membuat hati Liz mulai tergerak.

Akhirnya Liz kembali ke Bali, mengikuti sebuah petunjuk dari Ketut Liyer (Habi Subiyanto) beberapa tahun yang lalu. Di Bali Liz mempelajari mengenai keseimbangan dalam hidupnya, Ketut hanya meminta Liz melanjutkan meditasi yang dipelajari di India setiap pagi, selanjutnya Liz harus menikmati Bali, memberi waktu untuk dirinya bersenang-senang, dan melanjutkannya dengan meditasi senyum, senyum dari pikiran, hati, jiwa dan raga. Di Bali, Liz bertemu dengan Wayan (Christine Hakim) seorang single mother yang bekerja untuk mengobati orang secara tradisional. Melihat Wayan dan anaknya, Liz terketuk untuk membantu secara finansial dengan mengajak teman-temannya menyumbangkan, hingga terkumpullah $18000. Selain itu Liz bertemu dengan new lovernya yaitu Felipe (Javier Bardem), seorang single father dari Brazil yang sangat menyayangi anak-anaknya. Sama halnya dengan Liz, Felipe mengalami sebuah kegagalan dalam pernikahannya, dan telah melewati masa itu selama 10 tahun hingga akhirnya hati Felipe terbuka untuk Liz. Sayangnya Liz masih meragukan hal tersebut hingga di akhir ketika Liz memutuskan untuk pulang, Ketut berkata "To lose balance sometimes for love is part of living a balanced life." barulah ia sadar ia mencintai Felipe dan menerimanya.

Film ini disutradarai oleh Ryan Murphy dan Dede Gardner sebagai Produser. Bukunya menjadi New York Times best Seller selama 187 minggu. Sayangnya tidak sebagus bukunya, film Eat, Pray, Love tidak mendapatkan sambutan yang hebat terutama kritik terhadap para pemain yang dianggap tidak bisa menjadi bagian dari kisah Elizabeth Gilbert.

My Personal Review:
Saya belum membaca bukunya, sehingga tidak bisa membandingkan pencitraan yang ingin disampaikan dari bukunya hingga menjadi sebuah film. Selama dua setengah jam duduk menontonnya memang lumayan menjenuhkan, datar. Konflik yang digambarkan memang tidak wah sehingga membuat bosan. Beberapa pemeran pria di setiap negara yang dikunjungi Liz memberikan sebuah interpretasi yang sama, hampir semua menunjukkan sebuah keintiman yang sebenarnya bukan itu yang ingin disampaikan. Saya mengagumi Julia Robert, namun saya lebih menyukai ketika ia berperan sebagai gadis yang sangat riang. Salah satu hal yang membuat saya bertahan untuk menontonnya adalah Bali dan salut untuk para pemain Indonesia :)

Similar Movies:
Sex and the city

Tuesday, October 19, 2010

Terimalah Jam Ini


Sama halnya waktu, kadang terasa sangat cepat berlalu atau kadang terasa begitu lambat

Dan kadang waktu terasa berjalan normal seperti biasanya

Sama halnya dengan jam ini, kamu boleh memakainya di kanan atau di kirimu

Kamulah yang paling tahu dimana posisi paling nyamannya

Seperti jam ini, suatu waktu kamu lupa menggunakannya,

atau sengaja tidak ingin menggunakannya

Entah karena bosan dengan jam yang itu-itu saja,

atau begitu harganya jam itu sehingga kamu takut menggunakannya.

Kamu takut suatu waktu jam itu hilang ketika kamu sedang luput

atau rusak karena ulah keteledoranmu sendiri

Dan lagi-lagi sama seperti jam ini,

Terkadang kamu tidak menggunakan fungsinya dengan baik,

atau malah kamu selalu melihat ke arah tanganmu

Selalu memandangi jam itu setiap saat berulang kali

Dan itulah cerita cinta kita tiap waktunya

Gunakan, rawat dan cintai

Terimalah jam ini

Monday, October 18, 2010

Kisah si maling


Hai! Awalnya saya hanya memposting ini di twitter, lantas teman saya mengira saya tidak punya blog dan terpaksa "nyampah" di timelinenya, hha.

Ini adalah sebuah cerita tentang kejadian yang pernah menimpa saya sekitar satu setengah tahun yang lalu.
Pada awalnya saya hanya ingin bercerita tentang kebocoran yang terjadi di kamar saya.


Pernah pakai payung di kamar? air yang menggenang di dalamnya sudah lebih 3cm hingga keluar kamar. I DO. #alasanbolossekolahdulutapinyata

Kamar saya dimodif sunroof. Semua air turun gara" genteng yang ada di atas kamar ambrol. Dan hanya di kamar saya saja. LKS saya jadi basah.

Lalu setelah memposting status di atas saya terdorong untuk menceritakan kemalingan yang pernah saya alami, selamat membaca :)

Sekitar jam 3 pagi, saya melihat bayangan mengendap-ngendap dari pintu kamar saya, tiba" dia menyalakan lampu, ternyata dia membawa pisau!

Pisau yang dia bawa panjang, tidak seperti pisau masak. Apalah namanya saya tidak tahu. Dan pisau itu nampak berkarat. Lalu dia berkata...

"Diam. Mana laptopnya. Saya tidak akan menyakiti kalau kalian tenang." sya pun hanya diam tercengang masih tidak percaya dengan apa yg tjd.

Lalu adik perempuan saya terbangun dan menjerit. Tiba-tiba dari kamar yang berbeda mama bangun dan berjalan menuju suara jeritan berasal.

"Hei kamu! Diam kamu. Berlutut. Mana emasnya!" tanya si pencuri sambil menodongkan pisau ke arah kami bertiga.

"emasnya tidak di kamar ini. Di kamar satunya." jawab saya dan adik saya. Lalu si pencuri pergi membawa mama saya.

Saat itulah saya menelpon 108 melalui HP dan bertanya nomer polisi Condong Catur. Saya sudah bilang emergency dan ada maling. Tp sama saja.

Operator sialan! Saya sudah deg"an. Saya diberi nomer, tetapi nomernya bukan nomer Jogja ternyata.

Lalu saya telpon lagi 108, bertanya lebih tenang. Lalu saya mendapatkan nomer telepon polisi yang benar.

Saya lalu menelpon polisi tetapi ketika tersambungkan, si pencuri sudah kembali ke kamar. Terpaksa saya matikan. Damn!

Ohya ada yang terlewatkan. Sebelum pencuri membawa mama saya. Mama saya sempat mengelus-ngelus pundak pencuri dengan halus dan berkata..

"Tenang, tenang. Kamu mau apa? Saya berikan. Tenang ya, saya berikan, tapi jangan bertindak gegabah. Jgn lukai orang lain ya." krg lbh bgtu.

nah, setellah pencuri kembali tanpa ada mama saya disebelahnya, dia mulai masuk ke kamar saya dan mencari barang-barang berharga lainnya.

Pencuri meminta HP adek dan saya. Saya ngeles HP saya tidak di kamar. Sedangkan adik saya menyodorkan HPnya sambil menangis dan berkata..

"HPku jelek, murah ini. Ambil aja gpp, tapi simcardnya aku ambil dulu ya." sambil tetap menangis. Saya bingung! Apalagi pencurinya =,=

Pencuri sudah mulai gugup dan berkata "Tenang. Saya tidak akan melukai kalian" (tapi sambil menodongkan pisau panjangnya.) dan dia keluar.

Lalu si pencuri kembali lagi dan bertanya dimana tas laptopnya..

Lalu adik saya memberikan tas laptop bernuansa bunga-bunga dengan warna dasar biru tua yang br saja saya beli. Dan laptop saya dibungkusnya.

Mama saya bertanya apakah kami berdua baik-baik saja. dan ayah saya masih linglung karena baru bangun. Kami mengunci diri di kamar itu.

HP bpk diluar, mama tdk punya HP (saat itu), saya dan adik saya tidak punya pulsa. Kami mau teriak takut ada segerombolan penjahat diluar

Adik dan saya hanya terdiam, lalu kami melihat bayangan si pencuri melalui jendela kamar saya. Dia sudah keluar rumah lewat samping.

adik dan saya keluar kmr dan secepat mgkin mengunci pintu samping. Ternyata mama saya dikunci di kamarnya, untung saja.. Kami masuk ke kamar

saat itu kami memikirkan adik laki" saya yang tidur di lantai atas (atau sebenarnya tidak memikirkan ya?) semua pikiran sedang kacau

beberapa menit kemudian kami beranikan keluar kamar. Lalu ayah saya menelpon tetangga-tetangga. Sekitar jam 4 pagi.

Ternyata ayah saya kira kami memang kecurian tetapi tidak sempat bertemu malingnya =,= Ketinggalan banget ya.

Lalu tetangga datang, bahkan ada yang membawa pedang. Mereka mulai mencari tapi tidak menemukan si pencuri. Beberapa menit polisi dtg.

Beberapa menit itu sktr 1jam. Ternyata para polisi nyasar, kebingungan mencari rumah kita. =,=.Lalu mereka mulai bertanya kronologinya.

Mama saya mendapatkan pujian dari beberapa polisi dengan tindakannya yang sangat berani. Padahal beliau super gugupan. Itulah cinta Ibu.

Sekitar jam 7 pagi, bapak, mama dan saya pergi ke kantor polisi untuk membuat keterangan. Saya masih lemas, ditambah perut saya sakit sekali

Karena malam harinya saya minum obat pencahar, dan baru bereaksi. =,=. Lalu saya cepat-cepat bercerita.

Siang hari adik laki-laki saya bertanya kenapa kakak ke kantor polisi. Laki-laki di rumah saya ketinggalan berita terus.

Dan siang hari itu juga adik perempuan saya memerankan si pencuri sambil tertawa-tawa dengan enteng. =,=

Saya tidur, dan beberapa hari itu saya tidur sambil berkeringat, menangis-nangis dan kadang berteriak. Ternyata saya mengalami trauma.

Mama saya tidak tega dan mengajak saya ke luar kota berdua. Tapi saya menolak, tidak tau alasannya apa. Lupa.

lambat laun trauma saya menghilang. Hanya saja saya menjadi peka terhadap bunyi"an atau gerakan ketika di kamar, kadang halusinasi.

Setiap lampu kamar padam saya langsung terbangun dan sesak nafas.

Tapi untungnya saat ini saya tidak begitu lagi. Hanya sedikit takut dalam gelap tapi khusus di kamar saya. Saya melakukan self hynosis.

Dan sampai saat ini maling itu tidak ditemukan. Begitulah ceritanya. Kejadiannya terjadi April 2009.#sungguhsungguhterjadi. Maaf nyampah.

Semoga ada pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita yang saya tuturkan barusan. Terimakasih.


Begitulah saya mengakhiri twit edisi maling @ my bedroom
Banyak orang yang mengalami hal yang lebih mengerikan, jangan merasa Andalah orang tersial atau orang paling sengsara. Lakukanlah sesuatu yang dapat membuat masalah anda selesai :)