Tuesday, August 30, 2011
Dialog Capung dan Kupu-kupu
Monday, August 29, 2011
Kalau kau hina aku, maka kuhina kau dengan tak menghiraukanmu.
Kalau kau cintai dia, tolong cintailah dia, sesalku tak mengapa.
Aku jengah dengan sejarah kalian sebagai pelakunya.
Aku lelah mendalami cerita kalian yang tak berujung.
Aku marah mengenang kisah kasih kalian yang terkasihani.
Aku gerah melihat tingkah laku kalian yang tak iklas.
Aku resah membayangkan masa lalu kalian saat itu.
Disela-sela desahan desahan itu..
Aku merugi dan kesakitan.
Di dalam kasih cinta yang spontan.
DCIM 2009
Tapi aku masih bisa jelas melihat. Hangat.. rangkulan itu..
Kudengar, aku hanya mendengar, sekumpulan cerita karyamu yang sedikit diracik bersama dongeng bunda.
Ayah..
Aku masih menahan tangis.. Hatiku satu ayah..
Terkenang, aku terkenang..
Kisah tragis itu.. Sungguh bengis hati ini, hatiku yang satu ini ayah..
Ayah..
Maaf aku hampir menangis.. Aku tidak boleh terdiam, terpejam kusebentar menghindari foto itu.
2009..Dimana aku?
Mungkin aku sedang bersenang-senang, jatuh cinta dan bahagia? Bermanja-manja pula mungkin.
Dimana ayah?
Mungkin ayah sedang bersenang-senang, jatuh cinta dan bahagia? Bermanja-manja pula mungkin.
Ayah..
Cerita yang aneh ayah.. Tidak ada alasan yang pas selain cintamu itu ayah.. Mungkinkah.. Terlalu.. Hingga ayah merasakan hal yang keterlaluan.. Setidaknya itulah rasa yang kudapat dari ceritamu ayah..
Ayahku yang pintar dan penyayang, rela menghabiskan hidupnya demi karir dan cinta. Benarkah itu ayah? Hingga kau dibuat luput.. Sebuah pembahasaan langsung dari yang Maha Kuasa.. Tak cukupkah itu ayah..
Atau.. Kau tak pernah terima dengan hal itu.. hingga kau coba bertahan. Cintakah kau ayah? Terlalu..
Aku menangis kini ayah..
Tak sanggup kumelihatnya lagi..
Tolonglah ayah..
Bantulah aku.. Bantulah dirimu..
Friday, August 19, 2011
Doa sebelum tidur
Monday, August 15, 2011
Tamat
Sunday, August 14, 2011
Negeri
Kalau memang, kalau memang,
Imanku..
Imanku..
Oh imanku..
Negeriku..
Oh negeriku..
Indonesia..
Maha mahaku, lindungilah kegoyahan hatiku..
Maha mahaku, jagalah kekuatan batinku..
Maha mahaku, perisaikan lemahnya sanubari..
Negeriku..
Negeriku..
Tak patut.
Friday, August 12, 2011
Kayla
Si kecil ini, si kecil yang sebentar lagi menjadi kakak. Pengalaman pertamanya. Kay. Kay. Kay.
Nama itu, sering sekali disebutkan di dalam kelas dengan berbagai intonasi dan ekspresi. Baik oleh teman-teman juga guru.
Kay, si kecil yang membuatku mulai merasa nyaman dengan hari pertamaku.
Aaah.. Lucunya dia!
Tiap membawa snack, selalu dia tawarkan kemana-mana. "Ini buat anak-anak." . "Ternyata anak-anak suka ya."
Lucu lucu lucu! Ya anak-anak. Tentu anak-anak :)
Heboh memang. Suka kesana kemari, tetapi dia termasuk anak yang kuat meski kadang bandel, dan bandel yang disengaja. Mungkin, dia sedang mencari perhatian ya. Katanya, hal-hal seperti itu sering terjadi pada anak-anak yang ibunya sedang hamil.
Ohya, Kay, empat tahun. Tariannya, melayang lembut ikhlas pada dirinya yang sedang menari tanpa iringan musik. Manis polos.
Teringat salah seorang temannya berkata, "Miss, when you were a child like me, what are you doing?"
hmmm.. Speechless. Yah finally i answered, just like you. (pretend)
Sunday, August 7, 2011
Nyaiku
Banggalah para anak manusia, memiliki mulut untuk memaki.
Banggalah para anak manusia, memiliki hati untuk mendengki.
Bersarang dalam benak sebuah perendahan terhadapnya, orang yang tak kukenal.
Siapa yang sebenarnya rendah?
Saturday, August 6, 2011
Bebas Pendidikan
tak ada guna sungguh bersekolah tinggi,
tak pernah ada semangat sungguh
tak pernah ada.
tak sanggup menerima wawasan
tak sanggup membuka pengetahuan baru
tak ada guna sungguh bersekolah tinggi,
tak ada guna sungguh bersekolah tinggi,
tak pernah ada semangat sungguh
tak pernah ada
Sungguh ilmumu, waktumu, sesal.
Hidupmu tak berpendidikan.
Friday, July 29, 2011
Selamat
Aku tak ingin memupuknya dan menatap kerimbunan yang mengerikan itu!
Andai kau di depanku saat ini, aku ingin menamparmu.
Tidak, tidak tidak. Kau tak sepatutnya diperlakukan begitu.
Kau terlalu penyayang dan terlalu lemah!
Kasihan.. Kasihan sungguh kau..
Biarlah kau jalan sendiri. Lakukanlah.
Kau pernah pergi kau pernah bermimpi. Tak paham itu nyata, tapi aku tak percaya, meski itu aku.
Selamat tinggal.
Thursday, July 28, 2011
Aku tidak pernah sendiri
Bagaimana aku bisa berdiri, jika masih ada tulang yang menopang.
Bagimana aku bisa mendengar, jika masih ada telinga yang waspada.
Bagaimana aku bisa berbicara, jika masih ada mulut yang sanggup bersenandung ria.
Bagaimana aku bisa melihat, jika masih ada mata yang memandang.
Bagaimana aku bisa mencium, jika masih ada hidung yang menghirup-hirup.
Bagaimana aku bisa meraba, jika masih ada kulit yang bergesekan.
Bagaimana aku bisa berpikir, jika masih ada otak yang kerja gotong royong.
Bagaimana aku bisa merasa, jika masih ada nurani yang sabar menghadapi.
Bagaimana aku bisa hidup, jika masih ada nyawa bersemayam di tubuh ini.
Aku tidak pernah sendiri.
Monday, July 25, 2011
Ya Begitulah
"Haah ditampik sudah malam ini tulisan-tulisan itu. Aku tak ingin lagi merajuk. Aku tak mampu menengok membujuk. Aku tak perlu bersusah-susah menyejuk."
"Lantas, maumu?"
"Aku.. Tak ada! Tak ada mau!"
"Tak ada?? Lalu?"
"Tak lalu!"
"Ya.. terserah sajalah. Aku pun tak ingin tahu."
"Kenapa tadi kau bertanya kalau tak ingin!"
"Kenapa tadi kau tak ingin kalau juga tak ada!"
...
...
"Yaaaa... Betul sekali!"
Sunday, July 24, 2011
Percayakan Saja Pada Kami.
Saya teringat salah satu percakapan "ngeyel" saya dengan teman mengenai sebuah kegagalan. Doanya, untuk dekat dengan kegagalan, untuk selalu gagal, supaya selalu belajar belajar belajar dan belajar. Loh? Orang kan pinginnya sukses kenapa malah minta gagal... Dalam hati saya, jangan-jangan ini pembelaan dari *kegagalan yang sedang dia alami, sebuah *kegagalan dari Tuhan, sebuah kesuksesan atas terkabulnya doa dia. Ah... Tapi tidak, dia tak ada gagal.. Sama sekali tak ada gagal, semua terencana, segala yang dia alami adalah hal yang telah siap dihadapinya.
Thursday, July 21, 2011
Pelatihan Usia Telat
Seharian saya
Gemas
Belajar berpetualang dan merasa
Coret goret coret goret coret goret coret goret, tak lantas tak pantas tak rantas.
Monday, July 4, 2011
Monday, June 20, 2011
Kesuma Yudha
dipertemukan kala minggu pahing
ditegaskan kala senin pahing
Namanya Kesuma Yudha,
belum lahir tapi sudah pahing
bertanya-tanya ia bertanya-tanya
Namanya Kesuma Yudha,
Kesuma Yudha
belum hidup tapi sudah pahing
belum selesai belum berpaling
Thursday, April 21, 2011
Pecah *lagi
Sedikit kaget dan cemas, bahkan ketika ternyata kami telah merasakan.
Segera aku berpikir mungkin aku lah yang akhirnya membentuk perasaan tersebut.
Sebenarnya, apakah dia merasakannya? Jangan-jangan abjeksi itu bukan terbentuk tetapi kubentuk.
Sesungguhnya aku tidak meragukannya. Mungkin eksistensi dari perpaduan kitalah yang menjadi..
Sayangnya aku tidak merasa depresi.
Sayangnya aku tidak kehilangan hasrat.
Sayangnya sedikit rasa malas saja yah yang memang dari dulu dan nemplok saja mencari pembenaran.
Sayangnya ...
Saturday, April 9, 2011
Monggo ke Monggo
Jalan Dalem KG III / 978
RT 043 RW 10
Kel. Purbayan Kotagede
55173 Yogyakarta
Indonesia
Sedang ada renovasi disana, mbak yang melayani saya mengenakan masker. Tidak seperti yang saya bayangkan, saya kira coklatnya berjejer seperti buku-buku di Gramedia hanya ada etalase kecil ya walau stoknya pasti banyak ya mungkin di belakang. Membeli disana memang sedikit lebih murah dan lebih bervariasi. Yah, cukup puas bisa sampai kesana.
OK, monggo ke Monggo :)
Friday, April 8, 2011
Bintang Jatuh
Tuesday, April 5, 2011
03:10
Tidur bersama dan masih melihatnya di sampingku saat aku bangun.
Mungkin... Kami memang hanya tak sengaja bersama?
Mungkin... Ini bukan gelap yang menuju terang, hanya mendung di sore hari?
Ah.. Aku sangat tidak mengingat apa yang terjadi hingga aku bisa memeluknya seperti barusan.
Dia terlihat sangat kecil melingkar seperti ulat. Hmm.. Aku tidak berani menyentuhnya..
Kepalaku mulai berat dan tubuhku kedinginan, aku tidur kembali..
Saat kuterbangun lagi... Ternyata mimpi indahku.
Sunday, April 3, 2011
Sumarah Siap Siaga
Iramanya lembut menjalar saling berebut seru
Kami bercampur sambil bertempur dan membiru
Hati-hati memperhatikan gemuruh yang menderu
Aaah...
Gelap kami terlelap dalam kegemerlapan
Lelah kami mengelah dalam kegerahan
Dekapannya entah sejak kapan telah mengepakkanku ke langit
Aromanya manis dan romantis membuat awan-awan iri dan sengit
Kami berpadu sambil mengadu dan memingit
Hati-hati memperhatikan bubur yang telah sangit
Aaah...
Terang saja kami mengerang kegirangan
Penuh energi dan saling berbagi tanpa merugi
Aku Masih Tidur
Saturday, April 2, 2011
Jika Kamu..
Rona Cinta
Bagaimana rasanya memandangi dirimu yang baru itu?
Cinta?
Cinta apalagi yang mau kau berikan?
Ah itulah, cinta itu buta. Iya kan?Nah ini sudah lewat beberapa hari, dan kamu hanya mengharu biru dalam misi dan ambisi untuk menyelamatkannya.
Oh ternyata kau langsung memiliki banyak profesi ya? Hebat!
Lantas apakah itu membawa bahagia untukmu?
Kamu melihat ada perubahan?
Ah tololnya kamu.
Laki-laki itu membuatmu luka-luka dan kamu hanya diam serta tetap berusaha untuk dia??
Cinta?
Waw hebat ya cinta bisa membuatmu mati rasa.
Tapi jika kau sudah mati rasa manalagi yang kau rasakan?
Cinta?
posted from Bloggeroid
Friday, April 1, 2011
Pertanda ke-3
Kami memang berteman. Kami cukup akrab. Kami membagi beberapa cerita yang tidak semua teman lain tahu.
Tapi kami pun adalah teman yang ala kadarnya.
Oh.. temanku yang ayu.
Tidak lama aku memberimu semangat, yang entah apa itu aku hanya ingin mengucapkannya.
Kita tidak berbincang. Aku pun hanya membatinnya. Alasan apa aku memberimu semangat? Dalam rangka?
Temanku yang ayu..
Sekali lagi kudoakan yang terbaik untukmu. Tetaplah semangat.
Aku tau kau hebat. Dan ya! Aku sudah melihat itu secara langsung! Kehebatanmu!
Semangat temanku yang ayu..
Teman ala kadarnya. Temanku yang ayu. Temanku yang kuat. Temanku yang hebat.
Untuk semua yang telah ditinggalkan...
Semangatlah. Seluruh kerabat temanku yang ayu. Semangatlah.
Aku pernah bertemu.. Aku pernah berbincang. Meski ala kadarnya.
Orang yang baik. Selamat jalan..
Aku Masih Berenang
Pulau yang tak nyata, sebuah harapan, fatamorgana.
Aku masih berenang.
Sedikit kunikmati sejuknya air, sedikit kunikmati goyangan-goyangan ombak yang membawaku.
Sekali aku ingin melayang, pasrah mengikuti kemana mereka ingin membawaku.
Kadang kurasa sejuk kadang menusuk tulang kadang membuatku terbakar.
Sehebat apapun aku mensugestikan kenikmatan, hal-hal itu tetap tak terelakkan.
Kutelungkupkan kepala sesekali untuk memandangi apa yang sangat ingin kutinggalkan.
Kutengadahkan kepala sesekali untuk memandangi apa yang selama ini telah tertinggal.
Aku masih berenang.
Tubuhku semakin kuat menghadapi ganasnya lautan, namun di dalamnya mulai rapuh menunggu.
Pikiranku semakin cepat menanggapi bahaya yang akan kulewati, meski tidak berada di tempat yang sama.
Aku masih berenang.
Thursday, March 31, 2011
Pertanda ke-2
Tuesday, March 29, 2011
10 tahun lebih telah berlalu..
Lagi-lagi cover lagu, ah biar langsung didengar?
Ya! Nantilah cerita tentang musik, kali ini aku hanya tertarik dengan lirik-lirik yang 'memaksa'ku membanding-bandingkan dengan apa yang kualami secara 'paksa' juga.
Semakin kuat? Hmmm..
Kuat ya.. Rasanya kok ini sudah remuk-remukan ya?
Polanya semakin terlihat efeknya semakin terasa, sangat sehat 'terpaksa' kudu sehat!
Sehat yang membuat sakit? Kok bisa?
Yah sudahlah, ayo ditabrakin aja sekalian! kenapa nggak? Ini sudah retak sana sini, sakit kan, mendingan, lepasin sajalah, buat yang baru! Tapi.. Sebelum baru, ya harus benar-benar rusak, benar-benar hancur, benar-benar sudah dipaksa, benar-benar sudah terpaksa, baru menjadi baru.
Gimana mau mencapai itu kalau tidak retak? Kadang orang yang tau kalau sakit itu malah bisa hidup lama! Menyadari. Aku perlu sadar, bangun dan menghasilkan! Nggak asik juga belum bener-bener hancur udah diremehkan? Bahkan dibuang begitu saja.
Kenapa nggak mau sih sakit dulu, sudah selesai bersantainya, sudah cukup meremehkan dan menunda-nunda.
Sudah lebih dari 10 tahun! Harusnya bisa dapat nobel ya? hha. Lebih dari 10th! Tapi tidak pernah fokus dan berjuang! Kali ini, tidak lagi, tidak.
Hhhh.. Musti minum M150 BISA! berapa krat dulu apa gimana ini?
Semangat semangat semangat.
Ternyata, setelah dingat-ingat, 10tahunan yang lalu.. semua terjadi karenanya, dan dia selalu ada sampai sekarang, kenapa tidak bisa dilanjutkan? 10tahun kesetiaanku 10tahun pengabdianku, walaupun kadang lupa, kadang benci, kadang kanan kiri, tapi tidak pernah aku melepaskannya. Baiklah. Aku harus teruskan ini menjadi apa yang memang seharusnya demikian! Untukmu.
Monday, March 28, 2011
Belok kiri jalan terus
"Ayo ayo! Terobos sajalah! Nanggung ini bang!"
"Ah apalah kau ini? Main terobos saja! Sudah perlambat perlambat bang!"
"Yelah yelah... Siapa yang nyetir kok kalian yang ribut sih? Heran."
Mobil masih jauh di lampu lalu lintas, terpaksa memang harus menghitung mundur lampu merah, detik ke 120.
Suuuuut, mobil ternyata belok kiri jalan terus. Papan sih bilangnya begitu. Laaah, terus ngapain pada ribut?
"Loh ke kiri bang?"
"Hmm..."
Sunday, March 27, 2011
Temanku ayu
Kutengok foto-foto kita dulu dan kuingat lagi dirimu sekarang, sedikit berbeda.
Kamu memang sudah jago dandan dari dulu, bahkan kamu selalu gemas dengan kedekilanku dan berusaha untuk mempermak itu semua!hha.
Temanku, kamu sudah ayu.
Cinta?
Seingatku, malah bojo kamu yang suka komentar kesal kalau kamu dandan.
Aduh, 27 ya 28 ya 30 ya...
Sabar ya temanku!
Temanku yang ayu dan semakin ayu, semangat ya!
It's not even love
sedu..
hangat..
dentingan pianonya
Aku merasakannya,
kenangan itu yang membuatku berjaga
mungkin aku akan biasa
jika ini bukan kesukaanmu
jika ini bukan pilihanmu
Aku bergetar
Aku ingin lebih hebat
Aku ingin kau lebih menyukaiku
nantinya
nantinya
Bukan untukmu
Surat kedua
Persis sehabis subuhan, aku mendengar ceritamu darinya. Dari langit yang masih gelap hingga menjadi terang, aku mendengarkan hal terbaru mengenaimu.
Lelah sebenarnya, apalagi sih ini? Aduh... Tapi aku pun ikut khawatir, kupikir diapun lebih khawatir ya!
Akhirnya dia pergi menemui, pergi menengokmu, apa yang terjadi disana?
Sungguh aku ingin membantumu, kami ingin membantumu.
Tapi apakah itu baik? Lebih baik aku dari kejauhan saja, mendoakan yang baik untukmu dan si bocah hebat kebanggaanmu.
Please... jangan aneh-aneh ya... baik-baik.
Saturday, March 26, 2011
Penggantimu di senja ini
Thursday, March 24, 2011
"Rupamu"
Monday, March 21, 2011
Little Edward
Little Edward seorang koki pintar yang memasak ala Jepang.
Little Edward lebih menyukai burger dengan isian beef daripada chicken, lebih memilih saus tomat daripada saus sambal yang pedas.
Little Edward melupakan timun dan keju padahal dia menyukainya! Tomat tapi lebih disukainya. Sayangnya, tidak ada kuning.. Hanya hijau dan merah.
Little Edward menebakku bernama Lili. Li.i lanjutnya.
Little Edward bisa membaca tapi dia malas membuka buku dan lebih suka menggambar.
Little Edward awalnya juga lupa apa itu timun dan tidak mengerti apa itu berkabung.
Little Edward bekerja di sekolah, setiap hari selalu ada disana.
Little Edward sedih harus menunggu dua hari lagi.
Little Edward lagi-lagi melupakan sesuatu, atapnya!
Little Edward pergi ke surga memberi hadiah lalu pingsan.
Little Edward, Edward berasal dari Inggris. Pangerankah? Hah?
Little Edward mendengarkanku dengan sangat baik!
Little Edward berkata "Janji adalah janji"
Friday, March 18, 2011
Surat Pertama
ini khusus kubuat untukmu, benar-benar kuharap kamu membacaku 'lagi'..
Aku tidak tahu harus berkata apa, aku tidak ingin ada murka diantara kita, tidak ada sumpah serapah, tidak ada pertempuran, bolehkah seperti itu?
Aku merasa tidak adil ketika tidak mendengarkanmu. Aku tidak berniat untuk acuh, tetapi bukankah lebih baik kita memberi batas? Ini cerita yang cukup aneh menurutku, dimana semua menjadi serba salah, semuanya, kecuali dia yang aku yakin membuat dirimu berusaha bertahan menjalani semuanya, kuharap.
Bisakah kita hanya saling berpandangan dan berdekapan.. aku ingin merasakan degup jantungmu, aroma tubuhmu, dan kuharap rambutmu lebih lembut daripadanya, hha.
Apakah kita baik-baik saja?
Sungguh aku pun ingin mengenalmu, mengagumimu, dan menghargaimu.
Doaku yang terbaik untukmu dan dia.
Thursday, March 17, 2011
Clearing
Yeah, said it's all right
I won't forget
All the times I've waited patiently for you
And you'll do just what you choose to do
And I will be alone again tonight my dear
Yeah, I heard a funny thing
Somebody said to me
You know that I could be in love with almost everyone
I think that people are
The greatest fun
And I will be alone again tonight my dear
Satir
Kau sebut pelacur bagaimana dengan harga yang ia berikan untuk keberlangsunganmu.
Kau sebut bejat bagaimana dengan tingkah lakumu selama ini.
Kau sebut pejuang gender bagaimana dengan tangan menengadah yang selalu kau berikan.
Kau sebut demi wanita bagaimana dengan wanita yang sampai saat ini tidak mengetahui apa-apa itu.
Kau sebut seperti maling bagaimana dengan kerahasiaanmu.
Kau sebut pengecut bagaimana dengan anak yang selalu kau bawa-bawa dalam masalahmu.
Kau sebut menganiaya bagaimana dengan gangguan yang kau lontarkan terus menerus.
Kau sebut karma bagaimana kalau itu kusebut karma berhenti kepadamu dan sedang kau rasakan karma itu, selamat menikmatinya.
Wednesday, March 16, 2011
B
Sunday, March 13, 2011
God help the girl
Penjaga Surgaku
And you are WOW!
Saturday, March 12, 2011
cimut awake!
Kok gendut ya untuk kucing yang tidak dirawat, waw,
Ooh! Ada lagi coklat mirip cimut!
-random-
Friday, March 11, 2011
Interlude
Olife : Apanya yang cepat?
Hatta : Ini semua, keluarnya, kok bisa ya secepat ini? Menurutmu?
Olife : Because we’re loving each other.
Hatta : Yeaah, and i love u more dear.
Olife : More? Waw! So, gimme more, Ok?
Hatta : Hha! For sure dear.
Intro singing dancing laughing holding! Yay!
Thursday, March 10, 2011
Surat ketiga
Maaf tidak di delapan. Kutarik selimutku, demam ternyata. Bagaimana di sembilan? Aku harap kamu ada dengan tatapan yang membuatku tangguh!Setelah surat kedua, hujan, malam terlama, laki-laki bertato yang berkali-kali membuat kesalahan, dan sedikit gejala radang. TUNGGU!
Wednesday, March 9, 2011
Tanda Pertama
“Haaaaah...?” Aku hanya tertegun sedikit bingung sedikit kaget sedikit takut.
“Iya kan? Hha! Kenapa kamu? Mukamu itu loh.” Run melirikku dengan nakal, dasar ganjen.
Sekejap aku berpikir jangan-jangan dia bermaksud untuk memiliki anak dariku tanpa ikatan pernikahan, waw! Tidak bisa disangkal aku adalah bibit unggul, tapi ah tidak jika nantinya aku harus ikut membiayai segala tetek bengek itu.
Baik, pernyataan dia sepertinya sebuah jebakan. Sungguh retorik... Senyum sajalah! Sialan, wanita ini membuatku ingin membuat anak dengannya! Hampirilah aku ekstase!Nanti.. Nanti..
“Hai! Apa maksud cengiranmu barusan?” badannya mendekat kepadaku, aroma dan lekuk tubuhnya semakin jelas! Ah untung ini kampus. Thanks God! Aku belum siap menjadi ayah!
Tuesday, March 8, 2011
Payung si Hujan
Sunday, March 6, 2011
No Excused
Akhirnya? Ah...?
Apa yang ingin kamu utarakan? Akhir untuk sebuah kelegaan atau akhir yang ah... yang terlihat nampak cemas? Kesal? Kecewa? Sedih? Pusing?
Yaaaaaaah....
Apa ya?
Hmm...
Dimana kuncinya? Apa sandinya? Bolehkan kuncinya masuk ke dalam koper? Lantas bagaimana menutupnya?
Baiklah, gunakan saja sandi, tapi sandi itu kan diingat oleh si perekam? Ya! lama-lama si perekam juga aus dan lupa! Tapi bisa saja diam-diam usil ingin membukanya? Ah! Bagaimana?
Hmm...
Sudahlah, COBA DULU!
Saturday, March 5, 2011
"hanya"
30 menit yang tersisa kusempatkan untuk bersama mereka yang kusebut teman.
dan keesokannya mereka meneriaki 30 menit yang seakan 30 hari.
bagaimana dengan zoon politicon?
apakah hanya berlaku untuk keluarga?
"hanya"
24 12 aku berada disana 12 lainnya terpecah menjadi beberapa bagian
"hanya"
aah tak ada yang aman
Sunday, February 27, 2011
Empat tanda
Friday, February 25, 2011
Gave up w/ Fixie
Finally, dua sepeda ini jadi juga. Dua sepeda dari dua laki-laki di keluargaku, si Bapak dan si Bungsu. Oh begini ni ya yang namanya Fixie, kucoba kendarai salah satu sepeda ini, aku lebih suka yang dominan hitam itu, niatnya mau ke angkringan dengan sepeda ini, ternyata mau naik untuk duduk di sadelnya saja aku kesusahan! Kakiku kurang panjang atau memang aku yang tidak biasa menaikinya, yaaaah, tetap mencoba, sampai akhirnya menyerah juga! hha. Malas juga kalau harus mengayuhnya terus menerus, jadi aku beralih ke sepeda yang biasa kupakai dan berangkat menuju angkringan yang ternyata belum buka :(
Thursday, February 24, 2011
Berhenti
Wednesday, February 23, 2011
Lagi
GOTCHA!
Langit pun selalu setia menunggu bintang datang, langit akan melindunginya dan jangan menutupi apapun kepadanya, karena langit tak akan melepaskan bintang hanya untukmu. Langit itu dapat melihatnya. Langit itu selalu terjaga, dan tidak sulit baginya untuk mengubah keputusannya untuk menjadi hitam saja demi bintang.
Monday, February 21, 2011
You're not alone, just lonely. And that's me!
Friday, February 18, 2011
Kresna, Kemarilah Sayang.
Kresna, ia memiliki dua rumah yang dapat menjadi tempat ia bernaung. Hal itulah yang merupakan sebuah petaka baginya, dua rumah itu, hasil dari pecahnya dua manusia. Kebingungannya untuk memilih membuatnya terlepas dari dua opsi yang ada, ia lari, pergi menjauh.
“Tuhanku, apa yang ingin Kau sampaikan? Apakah Kau berpikir aku kuat melewati ini semua..?” Kresna, ia selalu bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa hal ini semua terjadi padanya.
Dia sungguh berharap namanya yang sama dengan lakon dalam wayang itu memiliki cerita yang sama pula, seorang raja, disenangi rakyatnya, hidup makmur dan bahagia bersama keluarganya. Dua tahun sudah ia mengelana di Yogyakarta, sambil mempelajari Ekonomi dan bertahan hidup. Dalam keadaan yang terpuruk itu, dia berharap dapat menyelesaikan studinya dengan baik, berbekal beasiswa yang diberikan kampusnya ia terus berjalan.
Tak ada waktu untuknya bersenang-senang, meskipun sesekali ia berkumpul bersama kawan-kawannya dan menghempaskan segala permasalahan hidup kepada alkohol seperti yang dilakukannya saat ini. Ketika ia terbangun dari pestanya itu, ia bergegas melarikan diri dari sarang-sarang yang menurutnya tak lebih menyedihkan dari dirinya. Pulang dalam keadaan lelah, dan tak ada ketenangan yang dapat dia rasakan, semu.
“Kresna, kapan mau bayar uang kosmu? Tadi si Ibu dateng, wajahnya nggak enak gitu lah.” celoteh taman sebelah kamarnya sambil memberikan sebungkus aspirin.
“Astaga Tok.. Aku lupa udah nunggak tiga bulan. Ya nanti aku ketemu Ibu, cicil dulu. Makasih ya Tok.”
“Santai lah bos. Makannya, nggak usah lah minum-minum kamu ni, mending duitnya kamu buat bayar kos.”
“Duh Tok. Aku minum juga gak ngeluarin duit, yang bener aja.”
“Loh, perasaan kerjaanmu banyak Kres, terus duitnya kamu kemanain?” selidik Antok kepada temannya itu ingin tahu.
Kresna sepintas terdiam mendengar pertanyaaan temannya itu, terbayangkan kemana larinya uang itu, tentu untuk menghidupi dirinya, “Buat bayar macem-macem Tok.”
“Ya apaan?” dengan santainya Antok menimpali kawannya itu.
“Bayar kos, bensin, makan, buku, fotokopi. Ya gitu.” Jawab Kresna datar.
Antok merasakan ada suasana yang kelabu di tengah pembicaraan mereka dan hal itu malah membuatnya terdorong untuk terus bertanya, “Kamu kan kerja, terus uang sangu dari keluargamu?”
“Nggak ada.”
Ternyata memang seperti yang dipikirkan oleh Antok, sedikit menyesal dia bertanya macam-macam kepada Kresna. Mereka memang sudah lama menjadi teman kos, dua tahun, tapi tak banyak yang ia ketahui tentang Kresna, selain memang Kresna anak yang sangat sibuk, jarang sekali berada di kos, dan selalu pulang dalam keadaan kelelahan. Segera Antok berkata, “Oh... Semangat Kres!” sambil menepuk pundak temannya itu, Antok keluar menuju kamarnya sebelum keingintahuannya membuat panas Kresna.
Beberapa menit ia berbaring di kasurnya dan tak lama kemudian ia duduk di depan kamar menikmati hawa malam sambil menghisap rokoknya. Ia teringat akan Ibunya. Kenangan akan Ibunya masih melekat dengan jelas, sentuhan, suara, gerakan, aroma, Ia masih ingat. Sayang, Ibunya tak mampu mengingatnya, setelah kecelakaan dua tahun yang lalu, Ibunya benar-benar melupakan semuanya, termasuk dirinya sendiri.
Mengingat Ibunya membuat ia menjadi mengingat ayahnya, yang telah memiliki istri baru dan membawa adik kecil kesayangan Kresna ikut serta. Dia membenci ayahnya, seorang yang dulunya adalah pujaannya, telah membuat Kresna kecewa dan terpukul. Empat tahun yang lalu mereka bercerai, dan hanya selisih satu bulan dari kecelakaan Ibunya itu, ayahnya menikah lagi. Ia tak menyangka, kenapa ayahnya tega. Mereka memang sudah cukup lama berpisah, tetapi Ibu, Ibu membutuhkannya, orang yang sudah 20 tahun bersamanya, untuk mengingat semuanya.
Kresna pikir, amnesia yang diderita Ibunya mampu membuat ayahnya membuka lembaran baru dengan Ibunya, dan itu yang diharapkannya. Sayang, hal yang terjadi berbeda, ayahnya malah menikah. Kresna mengambil kesimpulan bahwa kecelakaan ini adalah keinginan ayahnya, meski bukan Ayahnya yang menjadi pelaku, ia yakin Ayahnya mengharapkan hal ini, supaya ia merasa tidak bersalah jika menikah lagi. Menikah dengan perempuan yang merupakan sumber keretakan rumah tangga orangtuanya itu.
Hal ini membuatnya semakin kasihan terhadap Ibunya. Untunglah kecelakaan itu terjadi, setidaknya Ibunya tak akan merasakan sakit seperti yang dirasakan Kresna sekarang. Meskipun ia pun merasa kecewa dengan ibunya, yang sibuk meratapi dirinya sendiri dan tak peduli terhadap anaknya. Sungguh, ia ingin seperti ibunya, yang menjadi lupa akan semuanya, tak perlu merasa bersalah telah membiarkan anaknya berkeliaran dan merana seperti ini.
“Tuhan.. Mungkin, hidupku yang penuh kebencianlah yang membuat semua terlihat buruk.. Aku mengerti... Aku merindukan kasih sayang mereka. Aku hanya memberontak, dengan kanal-kanal yang bergoyang tak tentu arah, selamatkan aku Tuhan.” Kembali setelah ia melantunkan permohonannya itu, Kresna memejamkan matanya.
Dia pandangi Ibunya, hampir satu tahun ia tak menemui ibunya, berbicara pun tidak, kini Ibunya nampak lebih tua dan pucat. Kresna lupa, meskipun Ibunya tak mampu mengingat apapun, Ibunya tetap tak kebal dengan penyakit, tetap manusia yang bisa dilanda masalah dan membutuhkan kasih sayang. “Ibu...” sambil memeluk ibunya erat-erat Kresna merintih lirih.
“Kresna...? Ada apa? Kenapa?”
“Tidak, tidak apa-apa. Bagaimana kabar Ibu?” Kresna menunduk dan menghapus setitik air mata yang telah lama dibendungnya itu.
“Baik. Kenapa kok tidak pernah menemui Ibu? Ibu... minta maaf ya sayang? Ibu tidak tahu harus melakukan apa? Ibu pikir kamu memang tidak mau menemui Ibu.”
“Ibu jangan minta maaf, Kresna yang seharusnya minta maaf. Kresna tau, Ibu pasti bingung, Ibu kecelakaan, lupa semuanya, dan Kresna memang tidak pernah menjelaskan apa-apa kepada Ibu. Terakhir kita bertemu, Ibu pun tak sadar Kresna siapa. Dan apa yang sudah kulakukan terhadap Ibu? Kresna pergi begitu saja... tidak sanggup menerima semuanya. Maaf.” seperti anak kecil Kresna memohon pertolongan Ibunya, memohon kasih sayang itu, kehangatan yang selalu dirindukannya.
“Iya sayang. Maaf ya, Ibu lupa? Sekarang mau menceritakan semuanya dari awal? Pelan-pelan ya? Ibu akan menemanimu.” Lembut tangan itu mengusap pipi Kresna yang menghangat.
Manusia, mereka sering berlari dari sebuah masalah, menderita dan menikmatinya. Itulah salah satu yang dilakukan Kresna sebelumnya, terpuruk merasakan kepedihan yang seharusnya dapat ia racik menjadi kebahagian. Kini, ia paham, ia yang terus merawat, memupuk dan menyirami serta menuai lara di hati dan pikirannya. Saatnya ia bangkit. Saatnya ia menebarkan benih bahagia dan kesempatan kepada dirinya untuk menikmati kebahagiaan bersama Ibunya.
Thursday, February 17, 2011
Warna warni kubangan
dari bawah situ kulihat dia memberikan keindahan dalam kubangan yang entah sudah berapa banyak orang yang menginjaknya
terus-terusan dia menyodorkan warna-warni kepadaku
meski begitu
tetap
dia adalah sebuah kubangan
tetap
dia tidak bisa menutupinya
meski dengan warna-warni yang dia tawarkan
dan kekaguman itu terhempas terseret tersurat ragu
tak tahu malu
Wednesday, February 16, 2011
Senja
Senja itu,,
Sebenarnya aku tidak begitu tertarik pada senja, namun, baru saja aku membaca buku pemberian seorang teman, yaitu Jazz, Parfum & Insiden karya Seno Gumira Ajidarma yang menceritakan ketertarikan tokohnya terhadap senja.
Ya, senja kali ini aku sedang berada di luar rumah, berjalan kaki bersama adik laki-lakiku, menuju ke angkringan dekat rumah.
Adikku berkata mengenai warna yang menghiasi langit senja itu, akhirnya aku menoleh ke belakang, oh ini si senja. Kutatap langit itu, hmm, ternyata aku hanya penasaran saja, tak ada takjub tak ada getar tak ada keinginan mengenal lebih jauh. Maaf senja, ternyata aku dan kamu tidak 'klik' :)
Saturday, February 12, 2011
Tulus
Apa itu tulus? Tulus yang menangis jika tidak dicintai? Tulus yang marah ketika tidak diperhatikan? Tulus yang ketika melakukan sesuatu untuknya berharap dia mengerti. Mengerti apa yang kita ucapkan, mengerti apa yang kita tunjukkan, mengerti apa yang kita berikan, mengerti apa yang kita lakukan, mengerti apa yang kita rasakan. Apakah sekedar ingin dimengerti? Atau hanya sekedar yang penting dia tahu? Bukankah semua itu penuh maksud? Lalu tulus yang bagaimana?
“Tu·lus a sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dr hati yg suci); jujur; tidak pura-pura; tidak serong; tulus hati; tulus ikhlas: ke·tu·lus·an v kesungguhan dan kebersihan (hati); kejujuran: “ (KBBI)
“Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang, tapi ketika cinta itu tulus, meskipun kalah, kamu tetap menang. Hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri, Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang. Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita, melainkan karena kita menyadari bahwa dia akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya”
(Kahlil Gibran)
Apakah orang yang mencinta dapat melakukan hal yang tulus terhadap cintanya? Atau seorang yang tulus dapat mencintai seseorang? Bagaimana kita mengetahui seseorang tulus kepada kita, sedangkan kita sendiri tidak benar-benar mengetahui apakah kita tulus terhadapnya.
Pernahkah kalian merasakan cinta yang tulus dari seseorang? Pernahkan kalian mencintai seseorang dengan tulus? Aku berharap kalian semua dapat merasakan kedua-duanya. Bahkan, ketika kita mencintai seseorang dengan tulus, kita telah mendapatkan ketulusan yang dia berikan tanpa kita sadari. Kadang kita tidak menyadari, orang yang pernah kita benci, namun pernah kita sayangi itu, telah memberikan kasihnya kepada kita. Meskipun ketulusannya hanya sebuah kepalsuan, terimalah itu, terimalah dengan tulus. Hanya saja, sadari, kapan kalian harus berhenti, seperti apa kata Gibran. Berhentilah berpura-pura tidak mengerti, lepaskan saja, sebelum akhirnya kau membuatnya menjadi seseorang yang benar-benar tidak mengerti.