Hari valentine ya? Aku sudah lelah menyambutnya tiap tahun. Tidak ada lagi gairah seperti yang pernah kurasakan ketika di sekolah dasar dulu. Sekumpulan gadis cilik menaiki sepedanya masing-masing dan memanggilku dari luar rumah untuk mengajakku bermain, tentunya, membeli coklat untuk hari Valentine. Sayangnya, saat itu aku tidak diperbolehkan bermain dengan teman-temanku. Aku hanya diam di rumah, namun , layaknya anak kecil, akhirnya aku entah bagaimana caranya mampu membuat ibu membawaku pergi untuk membelikanku sesuatu yang akan membuatku senang, sebuah jam yang indah. Jamku tidak seperti anak kecil, yang berwarna-warni dan bergambar, jam itu sangat sederhana dengan warna silver terlihat elegan, tapi saat itu aku tidak berpikir bahwa aku anak perempuan yang keren, ya, sudah cukup senang mendapatkan hadiah itu.
Aku senang sekali akhirnya hari valentine tiba, meski pacar pun aku tidak punya. Kalau pria yang disukai cukup banyak teman-teman di kelas yang aku sukai, entah karena mereka tampan, ketua kelas, atau anak laki-laki yang paling sering mengajakku ribut. Dengan hati gembira aku menuju ke sekolah bersama jam baruku, aku sebut itu sebagai hadiah valentine yang paling hebat. Tapi ternyata, teman-teman tidak peduli dengan jam baruku. Mereka sibuk dengan yang namanya coklat. Iri rasanya, setelah itu aku merasa ah lebih baik aku mendapatkan coklat daripada jam tangan ini. Ternyata, di laci meja ada sebungkus coklat dengan kartu ucapan, yang ternyata itu untukku. Ah! Senangnya! Aku tidak perlu membeli coklat dan aku mendapatkannya secara cuma-cuma. Valentine saat itu aku mendapatkan banyak coklat dari teman sekolah juga dari sekolah yang bersebelahan dengan sekolahku. Aku bagikan kepada adik-adikku.
Itulah terakhir kalinya aku merasakan gairah yang dahsyat di hari valentine. Setelah SMP, SMA, kuliah, aku tidak merasakan hal yang hebat lagi. Bukan sesuatu yang kutunggu-tunggu, kecuali berbagai coklat yang dijual, aku salah satu penggemar coklat tetapi tidak addict. Meskipun aku berpacaran di kala itu, ada saja alasan untuk tidak merayakannya berdua, bukankah cinta tidak hanya hari ini saja? Kapanpun kita selalu merasakannya, kapanpun kita merayakan gelora dari kasih sayang. Aku pun menjadi tidak begitu bersemangat untuk menanti valentine, dan hal itu akhirnya terbawa hingga sekarang, 14 Februari adalah hari biasa. Bahkan aku tidak berkeliling membeli coklat untuk kumakan sendiri.
No comments:
Post a Comment