Aku melihatnya dari kejauhan, apakah itu dia? Terlihat lebih tampan, ragu-ragu sepertinya itu bukan dia. Jalannya, kuperhatikan bagaimana dia berjalan, akhirnya dia semakin mendekat tentunya dia tidak melihat atau mencariku. Aku dapat melihatnya dengan jelas sekarang, oh tidak terlalu berbeda, hanya sedikit lebih kecil, hmm.. rasa-rasanya dulu aku melihat dia sebagai sesosok lelaki berbadan besar dan sekarang tidak semua tubuhku dapat merasakan rengkuhannya, mungkin aku yang bertambah besar.
Aku tau dia memandangiku, sama halnya aku memandanginnya, bedanya aku tidak seperti dia yang sangat jelas memandangiku. Malu, entah rasanya aku ingin buru-buru pergi, aku bertingkah sok biasa saja meskipun senyum 'gingsul'ku itu menungging. Ya penyambutanku biasa-biasa saja, meskipun memang tidak kurencakan dan dia pun tidak berencana secepat itu melihatku. Sayangnya kita dipaksa cepat, karena aku dalam sebuah pelarian dari kegiatan di hari Sabtu dan harus segera menyusup di dalamnya lagi, sebelum urusannya panjang, sebelum aku tidak dapat menyelesaikan studiku tepat waktu, sebelum rencana jangka panjang kami semakin melamban pula! Setidaknya aku tenang sudah melihatnya makan.
Ah singkat sekali, aku harus segera pergi. Sesampainya di rumah, perasaanku bercampur aduk, dilema. Entah ingin ke angkringan atau ke burjo! Akhirnya kuputuskan untuk merasakan sejuknya angin di sore hari sambil bersepeda, aku menari bersama angin-angin, menyenangkan. Yoga mungkin menjadi pilihan yang menarik setelah itu, yah sayangnya tidak ada kelas sore, mungkin besok pagi.
Kembali ke rumah, kembali mengingatnya. Untungnya, keringatku mampu menjadi substitusi airmata di senja kali ini.
No comments:
Post a Comment