Film yang diadaptasi dari buku Eat, Pray, Love sebuah kisah nyata memoar Elizabeth Gilbert (Julia Robert) dalam perjalanan mengisi kekosongan yang terjadi dalam hidupnya dan merupakan sebuah masalah besar baginya, Liz mengeluh tak ada lagi hasrat dan gairah akan hidupnya.
Berawal dari pernikahannya dengan Stephen. Dalam sebuah perjalanan pulang, Liz bercerita dengan semangat mengenai hal-hal yang ia inginkan, dan ketika Stephen (Billy Crudub) menceritakan tentang keinginannya sekolah lagi ada sebuah kejanggalan dalam hati Liz.
Dalam sebuah malam, Liz memandangi suaminya, lalu ia mulai merasakan kegusaran, apakah ini yang selalu diidamkannya selama ini, pernikahan yang sudah terjalin selama 10 tahun. Menelusuri lebih dalam hatinya, adakah sebuah kebahagiaan di dalamnya. Lalu Liz mencoba untuk berdoa kepada Tuhan dan akhirnya sepasang suami istri tersebut memang mempunyai hal yang selama ini menjadi masalah, ketika mereka ingin berkata tidak dan itu hanya terpendam. Seketika Liz mengetahui hal tersebut dan ia memutuskan bercerai dengan suaminya.
Perceraian tidak berjalan semulus itu, Stephen tidak menginginkan sebuah perceraian. Dalam perdebatannya Stephen menunjukkan betapa ia mencintai Liz dan tidak ingin bercerai, bagaimana Stephen berusaha menjadi apa yang diidamkan Liz. Namun kenyataannya, Liz lah yang tidak mengerti apa yang diinginkan suaminya, bahkan untuk dirinya sendiri Liz tidak mengerti. Sakit hati, tentu sakit hati yang mendalam bagi Stephen, namun akhirnya Stephen menyetujui perceraian tersebut, dan entah mengapa Liz tidak merasakan keputusan yang telah di'iyakan' oleh Stephen membawa kebahagiaan atau kesedihan.
Dalam proses perceraiannya, Liz bertemu dengan seorang pria bernama David (James Franco), seorang aktor muda yang sempat membawakan cerita Liz. Kisah cinta mereka cukup cepat, David yang berumur 23th itu mempunyai semangat, dan idealis yang cukup tinggi. Lagi-lagi Liz merasakan ada sebuah kejanggalan dalam hubungannya, kehampaan mulai terjadi. Hubungan yang berawal dengan sebuah kemesraan lambat laun mengalami sebuah masa penurunan. Liz memutuskan untuk pergi. Layaknya Stephen, David pun mencoba untuk tidak lepas. Mereka mempunyai masalah, mereka takut, dan mereka memilih untuk tetap bertahan untuk menderita bersama. Itulah pilihannya, dan Liz tidak bisa.
Setelah semua itu terjadi Liz menyadari dirinyalah yang bermasalah. Dan mulailah dia melakukan perjalanan menuju Roma - India - Bali.
Di Roma ia ingin mengembalikan lagi selera makannya, ia ingin bersenang-senang. Disitu Liz bertemu dengan Sofi (Tuva Novotny) seorang perantau dari Swis. Dari Sofilah ia mempelajari bahasa Italia melalui Giovanni (Luca Argentero), pacar Sofi. Mereka berkuliner bersama, menikmati setiap makanan khas di Roma. Pizza, spaghetti. "Happy for doing nothing" adalah sebuah nuansa yang diberikan oleh teman-teman Liz. Hidup bahagia bersama orang tercinta. Roma telah membangkitkan gairah makannya, tetapi tidak untuk hatinya. Masih saja Liz merasakan sebuah kekosongan.
India. Liz berencana untuk bertemu dengan guru David. Ia berusaha bermeditasi, namun ternyata hal itu tidak mudah, ia tidak dapat mengosongkan pikirannya. Hatinya masih bermasalah. Disitulah ia bertemu Richard (Richard Jenkins) pria separuh baya dari Texas yang mencoba memaafkan kehidupan masa lampaunya. Liz berusaha mencari sebuah kedamaian, melakukan meditasi, beribadah, dan melihat sebuah pernikahan dini seorang remaja India yang dijodohkan. Pengalamannya membuat Liz akhirnya mencapai sebuah ketenangan. Mengetahui Richard pernah mengalami hal yang sama buruknya dengan Liz, bahkan mungkin lebih buruk, semakin membuat hati Liz mulai tergerak.
Akhirnya Liz kembali ke Bali, mengikuti sebuah petunjuk dari Ketut Liyer (Habi Subiyanto) beberapa tahun yang lalu. Di Bali Liz mempelajari mengenai keseimbangan dalam hidupnya, Ketut hanya meminta Liz melanjutkan meditasi yang dipelajari di India setiap pagi, selanjutnya Liz harus menikmati Bali, memberi waktu untuk dirinya bersenang-senang, dan melanjutkannya dengan meditasi senyum, senyum dari pikiran, hati, jiwa dan raga. Di Bali, Liz bertemu dengan Wayan (Christine Hakim) seorang single mother yang bekerja untuk mengobati orang secara tradisional. Melihat Wayan dan anaknya, Liz terketuk untuk membantu secara finansial dengan mengajak teman-temannya menyumbangkan, hingga terkumpullah $18000. Selain itu Liz bertemu dengan new lovernya yaitu Felipe (Javier Bardem), seorang single father dari Brazil yang sangat menyayangi anak-anaknya. Sama halnya dengan Liz, Felipe mengalami sebuah kegagalan dalam pernikahannya, dan telah melewati masa itu selama 10 tahun hingga akhirnya hati Felipe terbuka untuk Liz. Sayangnya Liz masih meragukan hal tersebut hingga di akhir ketika Liz memutuskan untuk pulang, Ketut berkata "To lose balance sometimes for love is part of living a balanced life." barulah ia sadar ia mencintai Felipe dan menerimanya.
Film ini disutradarai oleh Ryan Murphy dan Dede Gardner sebagai Produser. Bukunya menjadi New York Times best Seller selama 187 minggu. Sayangnya tidak sebagus bukunya, film Eat, Pray, Love tidak mendapatkan sambutan yang hebat terutama kritik terhadap para pemain yang dianggap tidak bisa menjadi bagian dari kisah Elizabeth Gilbert.
My Personal Review:
Saya belum membaca bukunya, sehingga tidak bisa membandingkan pencitraan yang ingin disampaikan dari bukunya hingga menjadi sebuah film. Selama dua setengah jam duduk menontonnya memang lumayan menjenuhkan, datar. Konflik yang digambarkan memang tidak wah sehingga membuat bosan. Beberapa pemeran pria di setiap negara yang dikunjungi Liz memberikan sebuah interpretasi yang sama, hampir semua menunjukkan sebuah keintiman yang sebenarnya bukan itu yang ingin disampaikan. Saya mengagumi Julia Robert, namun saya lebih menyukai ketika ia berperan sebagai gadis yang sangat riang. Salah satu hal yang membuat saya bertahan untuk menontonnya adalah Bali dan salut untuk para pemain Indonesia :)
Similar Movies:
Sex and the city
No comments:
Post a Comment